Jonan juga membandingkan cara menghitung biaya produksi migas di negara maju dan Indonesia. Dirinya melihat, jika di negara yang lebih maju, sekitar 70 persen dari nilai karyawan masuk dalam hitungan variabel.

Dan hal itu tidak dapat dilakukan di Indonesia. Oleh karena itu banyak Fixed Cost yang tidak bisa dikurangi. Kemudian ia mengingatkan, jika memang tidak bisa dikurangi maka jangan sampai produksinya justru turun.

“Saya sudah bilang ke SKK Migas tentang hal ini, tapi masih tetap tidak mengerti, kalau kelamaan ya tinggal saya diganti atau Anda (pejabat SKK Migas) yang diganti. Jadi intinya saya minta tingkatkan kualitas dan efisiensi,” kata Jonan.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Eka