Menteri Ignasius Jonan

Jakarta, Aktual.com – Menteri ESDM Ignasius Jonan, meyakini harga jual listrik dari energi baru dan terbarukan (EBT) akan lebih kompetitif dibandingkan energi fosil seperti batubara dan gas.

“Saya percaya ke depannya EBT akan lebih kompetitif apabila dibandingkan energi fosil. Mungkin belum sekarang, tetapi secepatnya di masa depan akan terwujud,” katanya dalam siaran persnya di Jakarta, Jumat (1/12).

Menurut dia, pengembangan EBT akan mengoptimalkan sumber daya alam setempat dengan cara yang efektif dan efisien untuk meningkatkan energi berkelanjutan.

Jonan mencontohkan harga jual listrik EBT yakni Pembangkit Listrik Tenaga Bayu (PLTB) Sidrap tahap pertama berkapasitas 75 MW adalah 11,4 sen dolar AS per kWh.

Namun, lanjutnya, harga jual PLTB Sidrap tahap kedua berkapasitas 50 MW, yang kini sedang tahap persiapan, menjadi jauh lebih murah yakni hanya enam sen dolar AS per kWh.

Contoh lainnya, tambahnya, pembangkit listrik tenaga arus laut berkapasitas 20 MW, yang akan dikembangkan di Larantuka, NTT, harga jual listriknya dari pengembang ke PT PLN (Persero) sebesar 7,19 sen dolar per kWh.

“Sangat kompetitif dibandingkan pembangkit listrik dari sumber energi primer lainnya,” ujarnya.

Jonan juga mengatakan ke depan kebutuhan energi akan terus meningkat seiring bertumbuhnya perekonomian Indonesia.

Pemerintah, ujarnya, telah melakukan sejumlah langkah strategis untuk menjamin ketersediaan energi, salah satunya dengan mendorong pemanfaatan EBT secara masif.

“Pemerintah mendorong penggunaan energi terbarukan untuk ketahanan energi nasional. PLTB Sidrap diharapkan ‘commercial operation date’ (COD) atau beroperasi secara komersial pada awal 2018,” katanya.

Selain Sidrap, beberapa proyek EBT yang sedang dilaksanakan antara lain PLTB Jeneponto, Sulawesi Selatan dengan kapasitas 65 MW dan PLTB Tanah Baru, Kalimantan Selatan.

Menurut dia, pengembangan EBT itu juga dimaksudkan agar tarif listrik berbasis EBT ke depannya akan lebih murah dan kompetitif.

Pada kesempatan tersebut, Jonan juga memaparkan, selain pemanfaatan EBT yang masif, pemerintah juga memprioritaskan penerangan lebih dari 2.500 desa yang berada di daerah perbatasan, terisolasi, dan terluar.

“Pemerintah memberikan lampu tenaga surya hemat energi (LTSHE) sehingga rasio elektrifikasi akan meningkat,” ujarnya.

Lebih lanjut ia mengungkapkan Kementerian ESDM juga mendorong penggunaan listrik untuk transportasi dan kegiatan sehari-hari.

Penggunaan kendaraan listrik yang ramah lingkungan dan ekonomis, katanya, akan menjadi pilihan di masa depan.

Demikian juga, tambahnya, penggunaan kompor listrik yang dapat mengurangi ketergantungan terhadap impor elpiji.

“Saat ini kebutuhan elpiji 6,5 juta ton per tahun, dengan 4,5 juta ton di antaranya dari impor. Dengan kompor listrik akan menjadi lebih murah, bersih, dan cepat,” ujar Jonan.

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: