Gaza, Aktual.com – Rencana Trump untuk merelokasi warga aza secara permanen terus mendapat penolakan dari berbagai pihak, termasuk dunia internasional. Kali ini juru bicara Kepresidenan Palestina Nabil Abu Rudeineh menegaskan Palestina bukanlah proyek investasi, yang artinya lahan negara Palestina tidak akan pernah dijual.

”Palestina dengan tanahnya, sejarahnya, dan tempat-tempat sucinya tidak untuk dijual dan bukan proyek investasi. Dan hak-hak rakyat Palestina tidak dapat dinegosiasikan dan tidak bersifat barbar,” tegas nabil Abu Rudeineh seperti dilansir dari VOI.ID yang dikutip dari kantor berita WAFA, Jumat (7/2).

Rudeineh menambahkan, bahwa rakyat Palestina telah berkorban begitu besar dalam membela hak-hak nasional mereka yang sah dan mempertahankan keputusan nasional independen mereka yang diwakili oleh Organisasi Pembebasan Palestina (PLO).

”PLO satu-satunya perwakilan sah rakyat kami, tidak akan menyerahkan satu inci pun tanah mereka, baik di Jalur Gaza maupun Tepi Barat, termasuk Yerusalem Timur, ibu kota Negara Palestina,” tegas Rudeineh.

Dikatakannya lagi, bahwa rakyat Palestina dan para pemimpinnya tidak akan membiarkan bencana tahun 1948 dan 1967 terulang kembali. ”Dan kami akan menggagalkan rencana apa pun yang bertujuan untuk menghilangkan tujuan sah mereka melalui proyek-proyek investasi yang tempatnya bukan di Palestina atau di tanah airnya,” lanjut Rudeineh.

Abu Rudeineh kembali menegaskan, tercapainya perdamaian, keamanan, dan stabilitas yang bersumber dari Palestina, khususnya dari ibukotanya, Yerusalem, dengan bersucinya Islam dan Kristen, bukan dari tempat lain, atau melalui keputusan apapun.

Ia mencontohkan, Presiden Mahmoud Abbas dalam pernyataan resminya memuji posisi negara-negara Arab dan internasional yang menolak seruan penggusuran atau aneksasi, menekankan bahwa tidak ada alternatif solusi politik berdasarkan legitimasi internasional dan Pra-Korupsi Perdamaian Arab, demi perdamaian abadi dan stabil yang mencapai keamanan dan stabilitas bagi negara-negara di kawasan.

Sedangkan pihak Hamas melalui pejabat seniornya Hazem Qassem mengatakan rencana Presiden AS Donald Trump tersebut jelas-jelas sebuah rencana untuk menduduki Gaza. ”Pernyataan Trump tentang rencana mengambil kendali atas Gaza, sama dengan pernyataan terbuka mengenai niatnya untuk menduduki wilayah tersebut. Gaza untuk rakyatnya, dan mereka tidak akan pergi !” tegas Hazem Qassem.

Sebelumnya Sami Abu Zuhri yang juga pejabat senior Hamas mengatakan rencana Trump adalah resep untuk menciptakan kekacauan di Timur Tengah. ”Kami menganggapnya sebagai resep untuk menciptakan kekacauan di kawasan. Rakyat kami di Jalur Gaza tidak akan membiarkan rencana itu terwujud. Apa yang diperlukan adalah diakhirinya pendudukan dan agresi terhadap rakyat kami, bukan pengusiran mereka dari tanah mereka,” ujar Sami Abu Zuhri seperti dilansir dari Al Arabiya.

Sementara itu, dalam merespon rencana Trump, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz telah memerintahkan seluruh tentaranya segera bersiap untuk keberangkatan ’sukarela’ warga Gaza.
”Saya telah menginstruksikan IDF (militer Israel) untuk menyiapkan rencana yang memungkinkan keberangkatan sukarela bagi warga Gaza ke negara manapun,” ujar Katz dilansir AFP, Jumat (7/2).

Seperti diberitakan sebelumnya, Donald Trump pada Selasa malam (4/2) dalam konferensi pers bersama PM Israel Benjamin Netanyahu mengumumkan bahwa AS akan mengambil alih Jalur Gaza. Hal itu disampaikan Trump hanya selang sehari sebelumnya ia mengatakan akan merelokasi secara permanen pemukiman warga Gaza keluar dari Gaza.

”Kami bertanggung jawab untuk membongkar semua bom berbahaya yang belum meledak dan senjata lainnya di lokasi tersebut, meratakan lokasi tersebut dan menyingkirkan bangunan yang hancur, meratakannya, (dan) menciptakan pembangunan ekonomi yang akan menyediakan lapangan pekerjaan dan perumahan dalam jumlah tak terbatas bagi masyarakat di daerah tersebut,” kata Trump.

Masyarakat yang dimaksud Trump adalah masyarakat internasional yang akan menempati Jalur Gaza seperti halnya ’Riviera’ di Timur Tengah. Riviera dalam bahasa Italia adalah garis pantai atau wilayah pesisir. ”Jalur Gaza akan diserahkan ke Amerika Serikat oleh Israel setelah pertempuran berakhir,” kata Trump dalam unggahannya di akunnya di Truth Social.

(Indra Bonaparte)

Artikel ini ditulis oleh:

Rizky Zulkarnain