Jakarta, Aktual.com – Perdana Menteri Italia Matteo Renzi berjanji segera mundur sesudah kalah telak dalam referendum undang-undang dasar pada Minggu (5/12), sehingga memicu kekacauan politik di negara dengan perekonomian terbesar ketiga di zona mata uang euro tersebut.

Referendum itu membuka dua pilihan untuk warga Italia, yakni menghapus sebagian kewenangan legislatif majelis tinggi, yang dianggap memperlambat pembentukan pemerintahan kuat, atau tetap pada sistem parlementer.

Keputusan Renzi mundur setelah dua setengah tahun menjabat sebagai perdana menteri itu akan menjadi pukulan telak bagi Uni Eropa, yang pada tahun ini berkali-kali harus menghadapi krisis akibat kebangkitan kekuatan anti-elit di negara Barat sebagaimana terjadi di Inggris dan Amerika Serikat.

Hasil referendum itu juga mengguncang bidang keuangan dengan penurunan nilai mata uang euro ke titik terendah dalam 20 bulan belakangan. Pelaku pasar khawatir terjadi krisis finansial di bidang perbankan Italia, yang sudah melemah.

Kemunduran Renzi akan membuka kemungkinan percepatan pemilihan umum pada tahun depan dengan calon kuat pemenang partai garis kanan radikal, “5-Star Movement”, yang dalam referendum memilih menolak reformasi konstitusi.

“Saya bertanggung jawab penuh atas kekalahan ini,” kata Renzi sambil menambahkan bahwa dirinya akan menyerahkan surat pengunduran diri kepada Presiden Sergio Mattarella pada Senin.

Mattarella kini harus membentuk koalisi untuk menunjuk perdana menteri baru dengan tugas mempersiapkan pemilihan umum.

Hasil referendum menunjukkan bahwa para pendukung reformasi konstitusi hanya memperoleh 40,9 persen suara sementara yang menolak mendapatkan 59,1 persen.

Tingkat peran serta dalam referendum Italia mencapai 75 persen atau sekitar 33 juta orang.

Jika terjadi percepatan pemilihan umum pada awal tahun depan, atau setahun lebih cepat dari yang dijadwalkan, Partai Demokrat (PD) tempat Renzi berasal diperkirakan akan bersaing ketat dengan 5-Star, sebuah partai yang berjanji untuk menggelar referendum lain soal keanggotaaan Italia dalam penggunaan mata uang euro.

Renzi (41) dan tokoh 5-Star sama-sama mencitrakan diri sebagai wakil dari kelompok anti-kemapanan anti-elit di Italia meski berasal dari spektrum ideologi berbeda. Namun hasil referendum menunjukkan bahwa 5-Star berada di atas angin karena berhasil menangkap kecenderungan populis yang membuat Inggris keluar dari Uni Eropa dan memenangkan Donald Trump sebagai presiden Amerika Serikat.

Menteri Ekonomi Pier Carlo Padoan, yang diperkirakan menggantikan Renzi, mencoba menghadapi kepanikan pasar dengan mengatakan bahwa “tidak ada peluang guncangan keuangan” jika referendum memenangkan jawaban “tidak” untuk reformasi konstitusi. (ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara