Jakarta, Aktual.com — Kapten Purnawirawan Martoyo merupakan salah satu sosok veteran yang tergolong memiliki nasib yang cukup beruntung di antara teman-teman veteran lainnya. Di usianya yang sudah beranjak 73 tahun tersebut, dia tengah menikmati masa tuanya bersama istri, anak dan cucu-cucunya tanpa harus mengharap belas kasihan atau pun uluran bantuan dari pihak manapun.

Maklum saja, jika dihitung-hitung tiap bulannya beliau bisa memperoleh pemasukan sekitar Rp5 juta. Terbilang besar, bukan. Pemasukan tersebut, dia peroleh dari sejumlah tunjangan yang diberikan oleh pemerintah terhadap dirinya atas jasa-jasanya dalam bertugas selama 35 tahun di Angkatan Darat.

Pria kelahiran 6 Maret 1942 itu pun mengisahkan, ihwal awal kisah perjalanannya dalam meniti karier di dunia kemiliteran. Saat itu pada tahun 1962, saat usianya tengah menginjak yang ke 20 tahun dengan mantap dia berani mengajukan diri untuk bergabung dalam pasukan Angkatan Darat dan hingga kemudian mengikuti pelatihan selama beberapa bulan.

Tak lama, setelah itu pada tahun 1966 dia pun ditugaskan untuk ikut dalam pengamanan di wilayah Kalimantan Timur. Dimana, saat itu wilayah tersebut tengah menghadapi konflik dengan negara Malaysia lantaran, memperebutkan wilayah perbatasan di kawasan perairan khususnya.

Dia menuturkan, adapun tugasnya saat itu adalah memfasilitasi para tentara yang akan menuju wilayah perang dengan mengangkut mereka ke wilayah perbatasan dengan menggunakan angkutan tentara yang dia kendarai saat itu.

“Saya membantu kelancaran para tentara untuk masuk ke dalam wilayah serangan di bagian darat, karena memang saya ditugaskan di Angkatan Darat bagian transportasi,” jelasnya dengan agak tertatih-tatih terbilang lamban karena termakan usianya yang telah makin menua.

Dia pun melanjutkan kisahnya, saat itu kondisi dimana dia ditugaskan dapat dikatakan sangat tegang dan mencekam. Mungkin banyak kita yang pernah mendengar tragedi perairan Usman Harun, dimana saat banyak teman-teman sejawatnya yang dibunuh dan digantung mati saat perang tengah berlangsung memperebutkan perairan Indonesia dengan Malaysia sebagai lawan.

Dia bersyukur, karena dalam situasi menakutkan tersebut, Martoyo termasuk dalam salah satu orang yang selamat dan tidak terbunuh menjadi korban dalam konflik berdarah tersebut. Mengingat hal tersebut, dari tragedi itulah ihwal jasa-jasanya sebagai bagian dari tentara Indonesia mulai tercatat dan berlanjut hingga menapaki puncak karier tertinggi sebagai ketua perwakilan Angkatan Darat di wilayah Jakarta Timur.

Dia pun menambahkan dalam kisahnya tersebut, terkait tiga golongan veteran yang menurutnya penting untuk masyarakat umum ketahui.

“Pertama, ada veteran pejuang, sebutan itu dikatakan bagi mereka (tentara) yang berjuang memperebutkan kemerdekaan di tahun 1945 dan sebelumnya. Tapi, ini untuk pengetahuan saja ya. Kedua, veteran pembela, dikatakan pembela karena para tentara ini bertugas saat Indonesia sedang berhadapan dengan konflik antar wilayah seperti Kalimantan Timur dengan Malaysia saat itu, lalu Timor-Timor dengan Timor Leste dan Irian Jaya dengan Belanda. Nah, yang ketiga ada veteran perdamaian, dan mereka ini masuk dalam barisan Garuda yang dikirim ke luar negeri untuk perdamaian antar negara di dunia Internasional namanya,” terang Martoyo saat ditemui Aktual.com di kediamannya di Jakarta, Sabtu (15/8).

Terkait dengan hal itu, dia kembali menjelaskan, adapun mereka yang dianggap sebagai veteran adalah orang-orang yang bergabung dalam tentara Indonesia di awal pembentukan dan langsung terjun bergerak pada saat konflik atau peperangan tengah berlangsung.

Lalu, adapun bagi mereka yang masuk menjadi bagian dari TNI namun tidak terlibat dalam peperangan ataupun konflik yang tengah berlangsung maka tidak dapat disebut sebagai veteran. Oleh sebab itu, teringat dia akan perjuangannya, Martoyo pun berujar bahwa dirinya amat bangga menjadi bagian dari pejuang yang ikut membela tanah air saat itu.

“Saya bangga menjadi veteran dan ikut terlibat dalam membela tanah air,” tegasnya.

Namun, di satu sisi dia juga ikut bersedih terhadap nasib beberapa teman-teman seperjuangannya yang menurutnya tidak seberuntung dirinya. Lantaran, kondisi kehidupannya yang dapat dikatakan jauh dari kata layak.

Oleh sebab itu, dia pun berpesan kepada pemerintah agar negara ini bisa lebih memperhatikan kesejahteraan teman-teman veteran secara menyeluruh dan bersedia meningkatkan kondisi taraf ekonomi mereka agar dapat hidup lebih layak.

Hal ini patut dia syukuri tentunya. Pasalnya, adapun kesejahteraan ini dia peroleh saat kepemimpinan presiden Susilo Bambang Yudhoyono naik tahta dan menurutnya sangat memperhatikan nasib-nasib para veteran. Maklum saja, pemasukannya saat ini yang terbilang cukup besar itu dia peroleh dari sejumlah tunjangan pemerintah di antaranya, tunjangan veteran, dana kehormatan dan pastinya dana pensiunan tentara.

Artikel ini ditulis oleh: