Penerbitan SP3 menjadi sejarah yang kelam dalam pengungkapan kasus pembakaran hutan dan lahan yang terjadi di Indonesia. Belum terungkap siapa dalang dalam pembakaran 2,61 juta hektare hutan dan lahan di tahun 2015, kini kasus serupa kembali terjadi di beberapa provinsi yang menjadi langganan kebakaran hutan.
Sebanyak 20 rumah dikabarkan hangus akibat kebakaran hutan dan lahan di Desa Tanjung Leban Kecamatan Kubu, Kabupaten Rokan Hilir (Rohil), Riau. Akibat kejadian ini, 50 warga yang kehilangan tempat tinggal terpaksa mengungsi ke tempat yang aman. Tercatat, ada 17 kepala keluarga (KK) sudah meninggalkan desa mereka.
“Warga di sini bergantung dengan sawit. Jadi mereka buat rumah tidak jauh dari kebun. Kita belum tahu dari mana asal api,” ujar Sekertaris Desa Tanjung Leban, Wandri, Jumat (17/8/2018).
Kebakaran di Rohil sudah menghanguskan ratusan hektare hutan dan lahan. Bencana ini membuat warga sekitar tidak bisa merayakan HUT ke-73 RI.
“Kita minta pelaku pembakar lahan ditangkap. Para pelaku tidak bertanggungjawab. Kita sudah sering mempertingatkan agar jangan ada yang melakukan pembakaran, tapi masih banyak juga yang tidak peduli,” geram Wandri.
Dari data Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) stasiun Pekanbaru menemukan 121 titik panas di seluruh Riau. Paling banyak ditemukan di Kabupaten Rokan Hilir. Sebanyak 100 titik panas. Dari jumlah itu, terdeteksi pula 86 titik api akibat kebakaran hutan dan lahan.
Tak hanya di Provinsi Riau yang kembali langganan mengalami kebaran hutan dan lahan, Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat 94 titik panas atau hotspot yang tersebar di beberapa kabupaten/kota di Kalimantan Barat pada Rabu, (15/8/2018).
“Dari pantauan satelit Modis tercatat sebanyak 84 titik panas kategori sedang, dan sebanyak tujuh titik panas kategori tinggi, dari total sebanyak 489 titik hotspot di seluruh Indonesia,” kata Kepala Pusat Data Informasi dan Humas BNPB Sutopo Purwo Nugroho.
Provinsi Kalbar menjadi wilayah dengan titik panas akibat kebakaran hutan dan lahan atau karhutla. Menurut Sutopo, titik panas tersebut bermunculan pada sepekan belakangan. “Sudah seminggu lebih, terlihat banyak titik panas akibat Karhutla di Kalbar karena disengaja,” kata dia.
Meski upaya pemadaman terus dilakukan, menurut Sutopo, jumlah lahan yang terbakar masih banyak. “Sehingga harus terus ditingkatkan patroli dan pencegahan Karhutla,” kata dia.
Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) melalui Manggala Agni, siaga penuh menangani Karhutla di Kalimantan Barat. Ada 3 kabupaten, yang menjadi fokus mereka, yakni di kabupaten Sambas, kabupaten Kubu Raya serta kabupaten Ketapang.
“Karena 3 lokasi kabupaten ini, ada kebakaran cukup besar. Fokus, agar tidak terus meluas,” kata Komandan Manggala Agni Daerah Operasi Pontianak, Sahat Irawan, di Pontianak, Jumat (17/8).
Sahat menerangkan, Karhutla di Sambas, adalah yang paling besar. Apalagi, wilayahnya berdekatan dengan perbatasan negara tetangga, Malaysia. “Karena itu berhubungan dengan marwah negeri. Karena ketika asap melintasi batas negara, jadi sorotan dunia, bahwa kita tidak mampu,” ujar Sahat.
Kapolda Kalbar: Kebakaran Hutan dan Lahan ini Disengaja
Halaman Selanjutnya…