Puluhan keluarga TNI penghuni Kompleks Perwira Markas Besar Angkatan Darat (Mabad) Kebon Jeruk, Jakarta Barat, berunjuk rasa menolak pengusiran paksa oleh Komando Daerah Militer Jaya (Kodam Jaya), Senin (7/9/2015). Dalam aksinya warga menolak meninggalkan kompleks itu karena sudah menempati kompleks sejak tahun 60 lalu. Warga menyebutkan bahwa rumah yang mereka tempati dibangun dari hasil jerih payah mereka sendiri.

Jakarta, Aktual.com – Kecewa dengan sikap Kodam Jaya yang tetap bersikukuh untuk membongkar Komplek TNI AD Zeni Mampang, para penghuni akan melakukan ikhtiar membongkar makam.

Warga akan membongkar lima makam dari orang tua mereka di Taman Makam Pahlawan Kalibata, Sabtu (19/12) sore nanti pukul 15.00Wib.

Salah seorang warga Zeni Mampang, Ari Suhardoyo, langkah bongkar makam mereka lakukan sebagai bentuk kekecewaan mendalam atas sikap Kodam Jaya. Sebenarnya, ujar dia, warga tidak hendaki langkah ini, karena menganggap Kodam Jaya merupakan bagian dari keluarga juga.

“Berbagai upaya sudah kita lakukan dan tidak diindahkan oleh pihak Kodam Jaya. Hari ini kita akan lakukan aksi pemindahan makam. Sebenarnya untuk prosedur pemindahan makam kami harus ajukan ke Departemen Sosial dan Garnisun. Tapi karena ini sifatnya mendadak dan mendesak, kami lakukan tanpa prosedur itu,” ucap dia, saat dihubungi Aktual.com, Sabtu (19/12).

Ari menuturkan berbagai upaya yang sudah dilakukan warga Komplek Zeni Mampang.

Di tahun 2010, warga sudah membuat moratorium di DPR RI dengan Kementerian Pertahanan. Di moratorium disebutkan Kodam Jaya tidak akan lakukan pengosongan paksa di lingkungan rumah yang ditempati para purnawirawan dan keluarganya.

Lalu, pada 9 November 2015, warga Zeni Mampang bersama warga komplek purnawirawan lainnya yang juga jadi korban penggusuran mendatangi Istana Negara.

“Saat itu kami diterima Menkopolhukam Luhut Binsar Panjaitan di kantornya,” ujar Ari.

Hasil pertemuan dengan Luhut adalah pembentukan Pokja. Di dalamnya duduk unsur dari Kemenhan, Setneg, unsur organisasi purnawirawan TNI, PPAD, Organisasi penghuni rumah Negara dan Kodam Jaya.

Lalu di awal Desember, sambung Ari, warga Zeni juga kembali mendatangi DPR RI. Saat Rapat Dengar Pendapat (RDP) dengan Komisi 1 DPR RI pada 1 Desember lalu juga direkomendasikan pembentukan semacam gugus tugas untuk melakukan semacam mediasi di pertengahan januari.

Unjuk rasa juga sudah berkali digelar warga. Pada bulan September di Istana dan di TMP Kalibata pada 1 November lalu. Hingga kini hasilnya masih nihil. Kodam Jaya tetap bersikukuh mengosongkan komplek.

Dituturkan Ari, bapaknya merupakan seorang pensiunan Kolonel bernama Suhardoyo yang sampai saat ini masih hidup. “Bapak saya dulu bertugas di BAIS,” ucap dia.

Saat ditanya bagaimana tanggapan sang bapak atas rencana pengosongan komplek zeni, Ari mengatakan, bapaknya yang saat ini kondisinya sudah kurang sehat mengaku sedih sekaligus marah.

Artikel ini ditulis oleh: