Konglomerat Istana
Seperti yang telah disampaikan, dalam rangka pengendalian gejolak ekonomi nasional, Jokowi mengundang sekitar 40 konglomerat ke Istana Negara Bogor, Jawa Barat pada Kamis (26/7). Diantara para konglomerat itu yakni pemilik Grup Djarum R. Budi Hartono, bos Grup Indofood Anthoni Salim, pemilik Rajawali Group Peter Sondakh, dan bos Wings Group Eddy Katuari.
Kemudian ada pula pemilik Medco Group Arifin Panigoro, Chief Executive Officer (CEO) Sritex Iwan Lukminto, Presiden Direktur Adaro Energy Garibaldi Thohir, Sudhamek dan beberapa pengusaha perkebunan kelapa sawit. Sederet nama tersebut bertengger mengisi daftar 50 orang terkaya Indonesia versi majalah Forbes tahun 2017.
-Budi Hartono tercatat menempati peringkat pertama sebagai orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan sebanyak USD 32.3 B. Hartono mendapat lebih dua pertiga kekayaan mereka dari investasi di Bank Central Asia (BCA). Ia membeli saham di BCA, setelah keluarga kaya lainnya, Salims, kehilangan kendali atas bank selama krisis ekonomi Asia 1997-1998.
Akar dari kekayaan keluarga berasal dari pembuat rokok kretek Djarum, dimulai oleh ayahnya. Selain itu, keluarga Hartono juga mempunyai kepemilikan pada merek elektronik populer yaitu Polytron dan real estate utama di Jakarta.
–Antoni Salim, orang terkaya peringkat empat dengan jumlah kekayaan USD 6.9 B. Anthoni mengepalai Salim Group, perusahaan investasi dengan berbagai kepentingan seperti makanan, perbankan, dan telekomunikasi.
Group salim dimulai oleh seorang bernama Liem Sioe Liong yang memiliki hubungan dekat dengan mantan presiden Indonesia Suharto. Selama krisis keuangan Asia 1997-1998, Salim kehilangan kendali atas Bank Central Asia kepada Hartono. Salim adalah pemegang saham mayoritas (44%) dari perusahaan investasi yang terdaftar di Hong Kong First Pacific, yang memiliki aset D 17,2 miliar di enam negara. Selain itu, Keluarga ini memiliki lebih dari 50% Indofood, salah satu produsen mie instan terbesar di dunia dengan penjualan USD 5 miliar pada tahun 2016.
–Peter Sondakh, konglomerat peringkat ke tigabelas dengan kekayaan USD 1.9 B. Peter Sondakh adalah kepala Rajawali Corpora, sebuah perusahaan investasi yang didirikan pada 1984. Kelompok ini mulai membangun hotel bintang 5 di Indonesia pada tahun 1990; pada tahun 2009 meluncurkan St Regis Hotel and Resort di Bali.
Pada tahun 2001 grup tersebut membuat Velo Networks, penyedia layanan Internet. Aset lainnya termasuk perusahaan kelapa sawit PT Eagle High Plantation dan hotel Four Seasons di Jakarta. Kelompok ini juga memiliki jaringan TV Rajawali Televisi.
–Eddy Katuary, orang kaya peringkat ke limabelas dengan total kekayaan USD 1.7 B. Setelah kematian ayahnya, Eddy Katuari mengambil alih perusahaan Wings yang bergerak dalam pembuatan barang-barang rumah tangga. Kini Wings adalah salah satu pembuat sabun terbesar di Indonesia dan barang-barang rumah tangga lainnya seperti pembersih toilet, deterjen, dan pembalut wanita. Selain itu, Wings juga memproduksi mie instan yang dijual di berbagai negara.
–Arifin Panigoro, pada 2016 ia masuk daftar 50 orang terkaya di Indonesia dan menempati peringkat 48 dengan kekayaan USD 475 M. Arifin Panigoro mendirikan Medco Energi Internasional. Pada tahun 2016 Medco Energi dan perusahaan investasi AP, Agus Projosasmito menghabiskan USD 2,6 M untuk mengakuisisi saham pengendali PT Amman Mineral Internasional, yang mengoperasikan tambang tembaga dan emas terbesar kedua di Indonesia, Batu Hijau.
Mereka membeli saham dari Newmont Mining , Sumitomo of Japan dan Bumi Resources Minerals, bagian yang dimiliki oleh keluarga Bakrie. Pendanaan untuk pembelian dilaporkan disediakan oleh 3 bank Indonesia. Panigoro juga memiliki perkebunan kelapa sawit, hotel dan saham di 2 bank.
-Iwan Lukminto menduduki peringkat empat puluh delapan orang terkaya di Indonesia dengan kekayaan USD 490 M. Iwan Lukminto adalah putra sulung almarhum H.M. Lukminto, yang mendirikan Sritex Group pada tahun 1966 dengan toko batik di Solo. Sritex Group telah tumbuh menjadi perusahaan tekstil terpadu besar; Iwan telah bertugas sejak 1997. Perusahaan grup Sri Rejeki Isman, produsen tekstil, terdaftar di Bursa Efek Indonesia. Grup ini memiliki sekitar 10 hotel di Solo, Yogyakarta dan Bali, termasuk Holiday Inn Express di Bali.
–Garibaldi Thohir yang kerap dikenal dengan sebutan Boy Thohir menduduki peringkat ke dua puluh tiga sebagai orang terkaya di Indoneisa dengan total pundi-pundi kekayaan sebesar USD 1.4 B. Garibaldi Thohir adalah Presiden Direktur dan pemegang saham di Adaro Energy, salah satu eksportir batubara top dunia.
Bersama mitra, Thohir mengambil alih Adaro Energy dari perusahaan Australia 12 tahun lalu. Melalui anak perusahaannya, Adaro Power saat ini membangun pembangkit listrik terbesar di Asia Tenggara yang akan selesai pada 2019. Thohir juga mendistribusikan motor Honda dan memiliki saham mayoritas di BFI Finance.
–Sudhamek, sebagai konglomerat menempati posisi sebagai tiga puluh delapan sebagai orang terkaya di Indonesia. Ia memiliki kekayaan USD 810 M. Sudhamek mengelola perusahaan milik keluarga Garuda Food, salah satu produsen makanan dan minuman paling terkemuka di Indonesia, bagian dari Grup Tudung.
Ayahnya, Darmo Putro, mendirikan PT Tudung, pendahulu di Garuda Food, pada tahun 1958, dimulai dengan tapioka dan kemudian menambahkan kacang goreng. Garuda Food, dengan lebih dari 13.000 karyawan, membuat biskuit, makanan ringan, produk susu dan permen. Dalam usaha patungan dengan perusahaan minuman Jepang Suntory, PT Suntory Garuda Beverage memproduksi minuman non-alkohol. Kelompok Tudung juga memiliki perkebunan kacang tanah dan fasilitas pengolahan minyak sawit.
Demikian diantara sederet nama konglomerat yang diajak bicara oleh Jokowi untuk menguraikan kekhawatiran gejolak ekonomi di tahun politik. Tetapi di sisi lain, pengamat politik dari Voxpol Center, Pangi Syarwi Chaniago mengingatkan bahwa kontestasi politik tidak terlepas dari logistik atau biaya yang besar. Maka sangat memungkinkan pertemuan Jokowi dengan para Taipan berbuah transaksional. Atau setidaknya kebijakan pemerintah membuka keran bisnis bagi para Taipan.
“Kebutuhan Pilpres ini tidak sedikit, minimal Rp 7 triliun untuk saksi. Ini orang maju bukan hanya elektabilitas, ujungnya soal duit. Nah disinilah para bohir masuk dan menyandera presiden pada akhirnya. Saya kira incombent logistiknya agak aman karena Jokowi sudah membuka keran,” pungkas dia.
[pdfjs-viewer url=”http%3A%2F%2Fwww.aktual.com%2Fwp-content%2Fuploads%2F2018%2F08%2FFanzine-100818_Kegoncangan-Ekonomi-dan-Taipan-Istana.pdf” viewer_width=100% viewer_height=1360px fullscreen=true download=true print=true]
Artikel ini ditulis oleh:
Dadangsah Dapunta