Lahan Hutan
Longsor yang terjadi di Bogor, Jawa Barat karena masih lahan hutan/DOK/NET

Bogor, Aktual.com – Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) mencatat kejadian longsor di Kabupaten Bogor, Jawa Barat, dipengaruhi oleh daerah-daerah yang masih bersifat lahan hutan.

Pelaksana tugas Kepala Pusat Data, Informasi dan Komunikasi Kebencanaan BNPB Abdul Muhari dalam Disaster Briefing menyebut, Kabupaten Bogor memiliki catatan kejadian longsor tertinggi di Indonesia.

Abdul mengatakan, banjir terjadi akibat faktor tekanan urbanisasi di wilayah tersebut, sedangkan longsor terjadi karena alih fungsi lahan hutan, baik jadi perkebunan dan pertambangan.

“Kalau longsor itu pasti kita berbicara intensitas hujan tinggi, sebelumnya kemudian karena mungkin di daerah dengan kecuraman lebih dari 15 derajat ini sudah minim vegetasi berakar kuat atau batang kuat dan berakar yang cukup bisa untuk menyerap air dan menahan tanah sehingga ketika terjadi hujan, tanah ini tidak mampu menahan Debit air yang banyak,” ujar dia, Selasa (28/3).

Selain itu, jika wilayah minim vegetasi, maka tanah akan lebih cepat tersaturasi sehingga menjadi lumpur dan longsor ke bawah.

Kejadian longsor masif di Kecamatan Sukajaya, Kabupaten Bogor menjadi pengingat bagi pemerintah bahwa lokasi tersebut seperti meleleh, akibat tidak adanya vegetasi untuk penahan tanah.

“Yang dilakukan BNPB pada saat fase recovery dari longsor di Sukajaya itu ada kita memanfaatkan vetiver. Jadi kita menanam vetiver di daerah itu sehingga kita harapkan vetiver ini yang menjadi basis base line dari penguatannya, ini karena kalau vetiver ini akarnya itu bisa 6 meter, tetapi memang kalau di kawasan vetiver gak bisa jadi kawasan budidaya,” ujar dia.

Catatan BNPB, longsor dan banjir dari Bogor memang paling banyak terjadi di Kecamatan Cibinong, dengan 19 kejadian. Terdapat perubahan lahan sehingga menurut Abdul, perlu merevitalisasi itu alur airnya.

Revitalisasi tersebut termasuk juga dengan bangunan-bangunan atau struktur-struktur keairannya, yang harus dipertahankan pulihkan, sehingga benar-benar bisa optimal ketika menampung debit air.

“Ketika kita bicara longsor maka yang harus kita pilih ekosistem yang bagaimana membuat kondisi berbentuk lereng ini bisa lebih stabil, baik itu menggunakan vegetasi ataupun struktur fisik,” ujar dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Wisnu