Khodimu Zawiyah Arraudhah yang juga Ketua Jam'iyah ahlith Thariqah Al-Mu'tabaroh An-Nahdliyah (Jatman) DKI Jakarta KH Muhammad Danial Nafis berbincang dengan mantan Ketua Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) Yudi Latif saat acara Halal Bil Halal keluarga Zawiyah Arraudhah di Zawiyah wa Ma'had Arraudhah, Tebet, Jakarta Selatan, Minggu (1/7/2018). AKTUAL/Tino Oktaviano

Saudaraku, dalam krisis jatidiri dan disorientasi politik, pilihan terbaik kembali ke akar. Meminjam ungkapan Amartya Sen, “Join the past to build a new!”

Kenanglah akar ketulusan dan kelurusan niat para pendiri bangsa. Dalam mengambil keputusan sulit, para anggota BPUPK terlebih dahulu hening cipta seraya memanjatkan doa agar keputusan yang diambil dilandasi niat suci dan diterima dengan hati murni penuh keikhlasan.

Kenanglah akar rasa tanggung jawab para pendiri bangsa. Dalam membincangkan konstitusi, Muhammad Yamin mengingatkan, “Saya hanya minta perhatian betul-betul, karena yang kita bicarakan ini hak rakyat. Kalau ini tidak terang dalam hukum dasar, maka ada kekhilafan daripada grondwet; grondwettelijke fout, kesalahan perumusan UUD, besar sekali dosanya buat rakyat yang menanti-nantikan hak daripada republik.”

Kenanglah akar kesungguhan pendiri bangsa dalam mencapai yang terbaik. Menanggapi Soepomo, bahwa tak bisa dibentuk hukum dasar yang sempurna di masa perang, Soekarno mengingatkan, “Saya peringatkan tentang lamanya perang kita tidak tahu, barangkali satu bulan barangkali lebih lama dan jikalau hukum dasar kurang sempurna, lebih baik didekatkan pada kesempurnaan.”

Kenanglah keinsyafan tanggung jawab dan keluasan visi Bung Hatta. Ia mengingatkan: ”Indonesia, luas tanahnya, besar daerahnya, dan tersebar letaknya. Pemerintahan negara yang semacam itu hanya dapat diselenggarakan oleh mereka yang mempunyai tanggung jawab yang sebesar-besarnya dan mempunyai pandangan yang amat luas. Rasa tanggung jawab itu akan hidup dalam dada kita jika kita sanggup hidup dengan memikirkan lebih dahulu kepentingan masyarakat, keselamatan nusa, dan kehormatan bangsa. Untuk mendapat rasa tanggung jawab yang sebesar-besarnya, kita harus mendidik diri kita dengan rasa cinta akan kebenaran dan keadilan yang abadi. Hati kita harus penuh dengan cita-cita besar, lebih besar dan lebih lama umurnya daripada kita sendiri.”

Dengan akar semangat ketulusan, tanggung jawab, dan ketajaman visi itulah negara ini didirikan, seperti tercermin dalam pembukaan Konstitusi Proklamasi. Manakala kita mengalami kebimbangan arah hidup dan kerapuhan jatidiri, pilihan terbaik kembali ke fitrah spirit republik.

 

Makrifat Pagi, Yudi Latif

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin