Jakarta, Aktual.com – Kementerian Kesehatan menegaskan, melonjaknya kasus diabetes pada anak yang menyerang anak dengan rentang usia 10-15 tahun belakangan ini, bukan dikarenakan atau dipicu konsumsi susu formula.

Kepala Biro Komunikasi dan Pelayanan Publik Kementerian Kesehatan (Kemenkes), Siti Nadia Tarmizi, menegaskan kandungan nutrisi pada susu formula telah disesuaikan dengan standar yang berlaku serta kebutuhan anak sesuai dengan umurnya .

Apalagi, susu formula sendiri tidak diposisikan sebagai pengganti susu ibu (ASI).

“Kalau susu formula kita tahu ya kalau pada anak mereka ada yang tidak bisa mendapatkan ASI karena kondisi tubuh ibunya, kemudian anaknya juga alergi, tapi sebenarnya susu formula itu sudah disesuaikan dengan usia anak-anak,” jelas Nadia, kepada media, beberapa waktu lalu, dikutip Senin (3/4).

Menurut Siti Nadia, faktor dominan diabetes anak adalah pola hidup yang salah, seperti makan dan minum dengan kadar gula berlebih dari standar konsumsi gula harian. Juga, karena kurang olahraga.

Disampaikan Nadia, jika seorang anak tidak memiliki penyakit bawaan atau penyakit yang mengganggu keseimbangan kadar gula darah, maka sangat kecil kemungkinan terkena diabetes.

“Kalau anak tidak ada penyakit (penyerta) yang menyebabkan gangguan kadar insulin yang diproduksi oleh pankreas, itu tidak bermasalah kan (karena) pola perilaku dan gaya hidup, pola perilaku dan gaya hidup inilah yang berkontribusi terhadap penyakit diabetes,” ucapnya.

Lebih jauh, konsumsi makanan dan minuman manis berlebihan lah yang menjadi penyebab diabetes mellitus pada anak. Jadi, kata Siti Nadia, jika seorang anak minum susu formula, dan tidak minum manis berlebihan, sangat kecil kemungkinan terjadi diabetes di kemudian hari. Masalahnya, seringkali anak di usia 5 tahun sudah makan minum yang bermacam-macam.

“Kadang usia 5 tahun sudah minum manisan yang bermacam-macam itu yang membuat lebih berkontribusi,” tandas Nadia.

Berdasarkan data Kemenkes, mayoritas kasus diabetes yang menyerang anak-anak di Indonesia merupakan diabetes tipe 2 yang diakibatkan karena pola hidup. Adapun untuk diabetes tipe satu biasanya disebabkan karena kelainan fungsi sel beta pankreas antara lain karena faktor genetik namun diabetes tipe ini lebih sedikit kasusnya di Indonesia.

Pengamat kesehatan yang juga Dokter Spesialis Anak Tiurma Lisapine, menjelaskan, agar anak terhindar dari diabetes, perlu menjaga pola makan dan hidup sehat dengan berolahraga.

Disampaikan Tiurma, ada dua macam atau dua jenis diabetes, yaitu diabetes tipe satu dan diabetes tipe dua. Diabetes tipe satu disebabkan kurangnya insulin pada anak dan ini biasanya terjadi sejak lahir. Sementara diabetes tipe dua terjadi kepada anak remaja atau dewasa.

“Kalau diabetes tipe dua karena gaya hidup yang mengkonsumsi kadar gula yang tinggi yang menyebabkan kadar gula menjadi naik, nah itulah asal terjadinya diabetes pada anak-anak,” ungkap dia kepada media.

Diabetes mellitus merupakan suatu penyakit kronis akibat gangguan metabolisme karbohidrat yang ditandai dengan peningkatan kadar gula darah. Anak-anak pengidap diabetes tipe satu tak dapat memproduksi insulin akibat terganggunya fungsi sel beta pankreas sehingga bergantung pada injeksi insulin.

Sementara diabetes tipe dua disebabkan karena pola makan yang buruk serta pola hidup yang kurang baik. Seringnya anak mengonsumsi makanan dan minuman dengan kadar gula tinggi serta makanan siap saji tanpa diimbangi dengan aktivitas fisik atau olahraga teratur, dapat membuat anak rentan terserang diabetes.

Untuk bisa menghindari penyakit tersebut , Tiurma menyarankan para orang tua agar melakukan pengawasan ekstra agar pola makan anak-anak dapat beragam, mengandung gizi yang seimbang dan agar dapat menghindari makanan minuman yang tinggi gula.

Kata Tiurma, jika mendapati anak terdiagnosa diabetes, jangan serta merta menghakimi atau membuat anak itu berbeda dari anak yang lain. Usahakan anak itu tetap hidup seperti anak yang lain, namun dengan beberapa hal yang harus diwaspadai misalnya pada diabetes tipe satu, anak akan lebih mudah lelah, berat badan akan menurun, sering kencing, dan sebagainya.

“Itu harus diwaspadai apabila orang tua melihat gejala seperti itu anaknya harus segera diperiksa ke dokter,” ujarnya.

Sementara itu, Profesor Dr. Aman Bhakti Pulungan, SpA(K), project leader Changing Diabetes in Children (CDiC) Indonesia – Ikatan Dokter Anak Indonesia dan Executive Director of International Pediatric Association (IPA)/ Asosiasi Dokter Anak Sedunia, menambahkan, data IDAI pada tahun 2017 hingga 2019 mengungkapkan terdapat sebanyak 1.249 anak menderita diabetes melitus tipe 1 (DMT1).

Data Registri Nasional DMT1 di Indonesia mengungkapkan, pada 2022, sebanyak 1.369 anak terdiri atas 556 anak laki dan 813 anak perempuan, menderita DMT1. Sedangkan, pada 2023 meningkat pesat menjadi 1.645 pasien anak.

Prof Aman menjelaskan, DMT1 berbeda dengan DMT2. “DMT1 merupakan kondisi defisiensi insulin absolut yang disebabkan kerusakan sel beta pankreas sehingga tak mampu memproduksi insulin. Sedangkan, DMT2 merupakan kondisi defisiensi insulin relatif, yaitu produksi insulin tidak mencukupi,” jelas Prof Aman.

“Kalau DMT2 itu secara genetik diturunkan oleh orang tua dan juga faktor gaya hidup yang terlalu banyak makan karbohidrat dan gula. Sedangkan DMT1 karena kerusakan sel beta pankreas yang dipicu berbagai faktor, bisa infeksi virus, autoimun, hingga defisiensi vitamin D,” ungkap Prof Aman.

Infeksi virus juga bisa jadi penyebab diabetes pada anak. Virus akan menurunkan imunitas tubuh sehingga sel beta pankreas mudah rusak dan tak mampu memproduksi hormon insulin untuk menormalkan kadar gula dalam darah.

Kemudian, diabetes juga mungkin disebabkan karena kurang vitamin D. Ada banyak hal yang terganggu apabila kekurangan vitamin D, termasuk berkurangnya imunitas tubuh sehingga menyebabkan rusaknya sel beta pankreas.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Wisnu