Jakarta, Aktual.com – Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Franky Sibarani menyebut visi maritim yang dipegang Indonesia berupa program tol laut dan jalur sutera China diharapkan dapat mendorong lebih banyak investasi negeri tirai bambu itu ke Tanah Air.

Ia menilai program tol laut yang diluncurkan Presiden Jokowi dan program ‘one belt one road’ atau jalur sutra maritim yang dikemukakan oleh Presiden Xi Jinping sama-sama bertujuan untuk memperkuat konektivitas dan mengintegrasikan ekonomi pada jalur yang dipilih.

“Kebijakan ‘One Belt One Road’ Presiden Xi Jinping sejalan dengan kebijakan Presiden Jokowi yang membangun tol laut untuk menghubungkan pulau-pulau utama di Indonesia,” katanya melalui siaran pers, Sabtu (18/6).

Menurut Franky, Indonesia memiliki keunggulan komparatif Indonesia antara lain jumlah penduduk, semakin besarnya kelas menengah, negara dengan politik yang stabil, demokratis, aman, dan toleran.

Masyarakat Indonesia juga terbuka terhadap masuknya investasi asing.

“Sementara itu, investor China memiliki minat dan rencana yang semakin tinggi untuk berinvestasi ke luar China. Hal ini merupakan salah satu dampak positif dari kebijakan ‘One Belt One Road’ yang diinisiasi oleh Presiden Xi Jinping, di mana Indonesia menjadi salah satu negara yang masuk dalam jalur yang dilewati dalam jalur tersebut,” katanya.

Franky mengatakan beberapa peluang investasi yang bisa dilakukan oleh investor Tiongkok di Indonesia di berbagai bidang antara lain, tekstil, otomotif, industri sepatu, obat-obatan, suku cadang pesawat dan industri kreatif.

China merupakan salah satu sumber investasi utama bagi Indonesia dengan realisasi investasi sebesar 2,6 miliar dolar AS sejak tahun 2010 terutama di sektor infrastruktur, industri logam, mesin, dan elektronik.

Sejak 2010, tercatat 52,3 miliar dolar AS komitmen investasi asal China yang terdaftar di BKPM.

Dari data yang dimiliki oleh BKPM, periode triwulan pertama tahun 2016, realisasi dari China mencapai 464 juta dolar AS terdiri dari 339 proyek dan menyerap tenaga kerja 10.167 tenaga kerja.

Posisi China berada di peringkat keempat setelah Singapura, Jepang dan Hong Kong.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Nebby