Jakarta, Aktual.com – Rois Idaroh Syu’biyah JATMAN Jakarta Timur KH. Jamaluddin F Hasyim dalam acara Konsolidasi wa Ifthar Jama’i Pengurus Idaroh Wushto JATMAN DKI Jakarta dan Pengurus Idaroh Syu’biyah JATMAN se-DKI Jakarta, mengajak para hadirin dan masyarakat untuk mengenal dan mencintai thoriqoh mu’tabaroh.

“Saya menganjurkan khususnya masyarakat betawi, untuk mengenal thoriqoh, cintailah thoriqoh
Apalagi di jakarta yang begitu keruh ini, kehidupannya begitu keras, begitu padat. Pasti suasana hati tidak senyaman kalau kita ada di desa. Dengan sawahnya, pegunungannya. Suasana hati lebih sempit. Dan hati orang-orang semacam ini membutuhkan oase-oase yang bisa menyirami batinnya agar tidak kering dan kemudian nanti lepas dari iman, mudah-mudahan thoriqoh bisa menjadi jalannya.” kata Kiai Jamal pada Jum’at (15/4) di Pondok Pesantren As-Salafiyah Rawa Badung, Cakung, Jakarta Timur.

Kiai Jamal menuturkan, pengajian thoriqoh di Jakarta selama ini kurang populer karena para ulama betawi baik dari kalangan kiai ataupun habaib sangat menekankan pentingnya ilmu syariat, itu sebabnya menurut beliau di betawi yang dominan adalah kajian tentang syariat dan tasawuf ‘amali, mengenai sifat-sifat mahmudah (terpuji), madzmumah (tercela) dan tazkiyatun nafs (pensucian jiwa) secara umum.

“Di masyarakat betawi memang thoriqoh itu kurang populer. Kebetulan saya ngaji sama ulama-ulama betawi, sampai hari ini masih dengan Kiai Maulana Kamal Yusuf, Kiai Mahfudz Asirun, para Kiai-Kiai lainnya dan para Habaib itu memang pembahasan tentang thoriqoh nyaris tidak dibahas. Namun bukan berarti beliau-beliau tidak mengerti dan tidak mengenal thoriqoh.” tutur Kiai Jamal.

“Termasuk Kiai Saifuddin Amtsir, beliau mengaku sendiri bahwa beliau berthoriqoh Naqsyabandiyah dan mengambil talqin di Sumbar.” ungkap Kiai Jamal yang juga merupakan Ketua Koordinasi Dakwah Islam (KODI) DKI Jakarta.

“Ada semacam perlindungan, proteksi yang
diberikan oleh para ulama betawi agar masyarakat betawi tidak terjatuh dalam thoriqoh-thoriqoh yang nyeleneh. Ngajinya belum becus tapi ngomong tentang hakikat, alam malakut, alam jabarut, baca Qur’an belum rapih, tajwid belum beres. Istilahnya bab syariatnya belum selesai, belum bab akidahnya.” terang Kiai Jamal.

“Maka yang paling bagus adalah sesuai dengan hadits Jibril tadi, urutannya yang pertama iman, yakni ilmu akidah sebagai pondasi. Kemudian yang kedua islam yang turunannya adalah ilmu fiqih. yang ketiga baru bab ihsan. Jadi ihsan ini posisinya adalah puncak daripada pencapaian iman dan islam.” jelas Kiai Jamal.

“Alhamdulillah, Nahdlatul Ulama punya JATMAN yang di dalamnya terdapat para ulama thoriqoh yang selalu melakukan kajian-kajian, timbangan-timbangan, termasuk mana thoriqoh mu’tabaroh dan mana yang ghoiru mu’tabaroh, jangan sampai setiap orang mengaku-ngaku bahwa dia adalah mursyid.” tegas Kiai Jamal.

“Alhamdulillah di Jatman DKI ini selalu (ada) kajian-kajian kitab-kitab yang mu’tabar bersama para guru para masyayikh kita sehingga Alhamdulillah kita bisa punya pandangan yang utuh tentang thoriqoh, insyaAllah gak yang nyeleneh-nyeleneh.” ujar Kiai Jamal.

Sebelumnya pada kesempatan yang sama, Mudir Idaroh Wustho Jatman DKI Jakarta KH. Muhammad Danial Nafis dalam sambutannya menerangkan bahwa selama ini bahasan tentang thoriqoh di jakarta memang masih lebih banyak stigma negatif ketimbang positif. Hal itu, menurut beliau tidak terlepas dari pengaruh politik adu domba yang dilakukan penjajah di masa kolonialisme Belanda.

“Memang secara sejarah banyak hal-hal yang terkait dengan tarekat mulai zaman kolonialisme belanda yang mencoba untuk melakukan demarkasi, pemisahan bahwa tarekat itu adalah kelompok orang nyeleneh, bukan bagian dari syariat islam, tarekat itu adalah milik orang-orang khusus (eksklusif), tarekat adalah bagi orang-orang yang sudah pensiun, orang-orang yang sudah tidak menginginkan dunia. Hal ini yang dijadikan pandangan masyarakat awam. Jadi ketika melihat perkumpulan tarekat lebih cendrung banyak sisi negatifnya karena itu yang dihembuskan. Padahal kalau diberikan pemahaman yang betul bahwa tarekat adalah bagian dari syariat islam. maka insyaAllah tidak ada itu stigma pandangan buruk tentang tarekat.” terang Kiai Nafis.

“Oleh karenanya Nahdlatul Ulama (NU) sebagai markas besar ahlus sunnah wal jamaah di Nusantara mempunyai wadah khusus untuk ahli tarekat dinamakan Jam’iyyah Ahlut Thoriqoh Al-Mu’tabaroh An-Nahdliyah (JATMAN). Pendirinya adalah para ulama-ulama tarekat yang berada di dalam naungan NU. Jadi JATMAN adalah kumpulan dari pengamal tarekat yang ada di lingkungan NU.” jelas Kiai Nafis.

Namun, Kiai Nafis juga mengingatkan agar para pengurus JATMAN dan masyarakat mewaspadai perkumpulan-perkumpulan yang mengatasnamakan thoriqoh padahal isi dari ajarannya menyimpang dari syariat. “Tapi juga banyak sekarang itu orang berselimut dengan NU seolah-olah dia ahli Tarekat padahal hakikatnya bukan ahli tarekat tapi kebatinan. Oleh karenanya penting ta’lim (pengajaran) terkait ini.” kata beliau.

“Ahlu thoriqoh adalah ahlul Quran dan ahlus Sunnah, ini penting. jadi ketika ada orang yang mengaku ahli thoriqoh menyelisih dari Al-Quran, menyelisih sunnahnya Rasulullah menyelisih dari pemahaman umum daripada ulama-ulama ahlus sunnah maka dipertanyakan ketarekatannya.” ujar Kiai Nafis.

“Sekarang ini banyak viral terkait jalan pintas menuju Allah. Ini yang perlu diluruskan kalau mau menuju Allah harus mujahadah. Oleh karenanya harus melihat sosok mursyidnya, bagaimana prilakunya. meskipun punya sanad, alim, bisa baca kitab tapi kalau tidak melaksanakan syariat,  menghalalkan yang diharamkan maka ini batil. Jadi, standarnya jelas, syariat.” tegas Kiai Nafis.

Menurut Kiai Nafis, masih banyak permasalahan terkait thoriqoh yang perlu diluruskan dan dijelaskan kepada masyarakat untuk menghapus stigma negatif terkait thoriqoh. Disamping itu, JATMAN DKI terus melakukan konsolidasi dan memperkuat silaturahim dengan pengurus Syu’biyah s-DKI Jakarta melalui rangkaian kegiatan safari selama bulan Ramadhan tahun ini.

“InsyaaAllah, nanti Idaroh Wustho setelah Ramadhan akan mengadakan bahtsul masail akbar atau mudzakarah akbar terkait bahasan-bahasan ini, yang krusial semacam ini.” tukas Kiai Nafis.

Turut hadir dalam acara tersebut Ketua Lajnah Bahtsul Masail JATMAN Idaroh Wustho DKI Jakarta Ustadz H.M. Izzul Mutho’, Wakil Rois Idaroh Syu’biyah Jakarta Timur KH. Muhammad Adnan, Wakil Katib Syu’biyah Jakarta Timur Ustadz Muhammad Bushairi, Mudir Syu’biyah Jakarta Timur Ustadz Aga Faisal Sadzeli dan para pengurus JATMAN DKI tingkat Wustho dan tingkat Syu’biyah Jakarta Timur.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: As'ad Syamsul Abidin