Jakarta, Aktual.com – Ketua Komisi XI DPR, Melchias Marcus Mekeng menyebut perilaku Dewan Komisioner Otoritas Jasa Keuangan (OJK) saat ini masih terus memelihara sistem perbankan yang bobrok. Kondisi itu, disebutnya, sangat mengkhawatirkan.

“Sangat disayangkan mereka (DK OJK) terus memelihara perbankan yang bobrok. Sehingga bukan tak mungkin nantinya muncul kasus perbankan yang akan meledak. Seperti di kasus Bank Century dulu,” cetus Mekeng, di Jakarta, ditulis Kamis (1/6).

Hal ini terjadi karena perilaku birokrat di lembaga pengawas sektor perbankan seperti OJK itu sangat birokratik, dan cenderung kaku dan tak tahu lapangan atau kondisi nyata dari dunia perbankan.

“Dengan perilaku birokrat seperti itu, baik di OJK maupun BI, maka peraturan itu dibuat hanya berdasar kepentingan dan suka-suka penguasa saja. Padahal, peraturan itu belum tentu pasar menerimanya,” tandas dia.

Dengan begitu, kata dia, membuat banyak investor tak tertarik berinvestasi di sektor keuangan Indonesia, terutama sektor pasar modal.

“Makanya hal itu membuat banyaknya hot money di sistem pasar keuangan kita. Itu kan bahaya. Sedikit-sedikit ada sentimen kenaikan suku bunga AS, uang langsung kabur. Mestinya, itu tugas OJK dong biar jangan hot money itu kian banyak,” papar dia.

Tapi sayangnya, kata dia, dengan kondisi keuangan yang seperti itu, ternyata calon DK OJK yang dipilih Panitia seleksi (Pansel) OJK dan ada 14 nama yang diserahkan ke DPR, semuanya bermental birokrat yang diragukan akan membuat terobosan berarti.

“Ini bahaya. Karena 14 nama itu semua birokrat. Mestinya tak semua kita pilih, kita bisa pulangkan lagi (ke Presiden). Tapi ini semua terjadi karena Panselnya juga enggak benar karena dipimpin oleh Sri Mulyani (Menteri Keuangan),” cetus Mekeng.

Menurutnya, dengan para birokrat itu jangan harap ada perubahan berarti nantinya. Justru yang ada sifat-sifat feodal saja. “Yang ada nanti, kalau ada kasus cuma cuci tangan saja. Apalag Ketua KSSK (Komite Stabilitas Sistem Keuangan) itu Menkeu. Maka yang di bawahnya itu akan nurut saja. Enggak benar ini,” kecam dia.

(Busthomi)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka