Ilustrasi (Istimewa)

Jakarta, Aktual.com – Kanker telah menjadi pembunuh terbesar di Australia, menyalip penyakit jantung untuk pertama kalinya, merenggut nyawa lebih banyak daripada penyakit lainnya, sebuah lembaga kesehatan pemerintah mengatakan dalam sebuah laporan pada Selasa.

Warga asli Australia juga memiliki catatan kesehatan yang lebih buruk dibanding warga non-pribumi, menurut laporan Kesehatan Australia 2016, yang disusun oleh Institut Kesehatan dan kesejahteraan Pemerintah Australia yang diterbitkan setiap dua tahun sekali.

Jumlah kematian keseluruhan akibat kanker mencapai jumlah 44.100 korban pada 2013, institut itu menyebutkan, untuk pertama kalinya melebihi angka kematian yang disebabkan oleh penyakit kardiovaskular, termasuk penyakit jantung dan stroke.

Kanker paru-paru merupakan penyakit kanker paling mematikan di Australia.

“Masyarakat saat ini hidup cukup lama untuk mengidap kanker dalam jumlah yang lebih besar,” ujar Profesor Lisa Horvath, kepala peneliti di rumah sakit kanker Chris O’Brien Lifehouse di Sydney.

“Usia merupakan faktor resiko terbesar, terlepas dari merokok, untuk mengalami kanker”.

Secara global, sejumlah penyakit kardiovaskular merupakan penyakit yang lebih mematikan daripada kanker, menurut Organisasi Kesehatan Dunia (WHO).

Australia melakukan hal lebih baik daripada Organisasi Kerjasama dan Pengembangan Ekonomi terkait rata-rata angka harapan hidup dan kematian bayi.

Namun dalam penghitungan keduanya, jumlah kalangan pribumi Australia berada jauh di belakang rata-rata jumlah di dunia.

Sementara selisihnya semakin mengecil, masih terdapat sebuah perbedaan mendalam dalam angka kesehatan antara kalangan Aborigin, yang berjumlah tiga persen dari keseluruhan populasi Australia, dengan kalangan non-pribumi yang ada.

“Apa yang ditunjukkan oleh data itu adalah betapa pentingnya untuk melakukan perubahan yang lebih cepat,” ujar Ian Ring, seorang dokter umum dan pakar epidemi dari Universitas Wollongong, bagian selatan Sydney.

“Tempat tinggal, pendidikan dan kemiskinan memiliki sebuah dampak besar terhadap kesehatan dan dalam seluruh hal itu masih ada jalan panjang hingga para kalangan Aborigin dapat menikmatin kesehatan yang sama dengan kalangan lainnya”.

Tingkat kematian bayi pada suku asli, yang menjadi sebuah indikator kunci terhadap tingkat kesehatan sebuah masyarakat, turun sembilan persen dibandingkan dengan jumlah yang ada dalam laporan sebelumnya.

Namun dengan adanya enam kematian tiap 1.000 kelahiran, angka itu masih lebih besar daripada angka kematian bayi non-pribumi yang menunjukkan 3,4 kematian tiap 1.000 kelahiran.

Perkembangan dalam anggaran kesehatan naik sebesar 3,1 persen pada 2012-2013, masih di bawah rata-rata dalam satu dasawarsa yang berjumlah lima persen.

(Ant)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby