Jakarta, Aktual.com – Imam Bukhari memiliki nama lengkap Abu Abdillah Muhammad ibn Isma`il ibn Ibrahim ibn al-Mughirah ibn Bardizbah al-Ja`fiy al-Bukhari. Lahir pada hari Jum`at, tanggal 13 Syawal tahun 194 H bertepatan pada tanggal 21 Juli 810 M di kota Bukhara. Bardizbah ini bahasa Bukhara yang artinya petani.

Ayahnya meninggal dunia saat ia masih kecil dan meninggalkan harta yang cukup untuk hidup dengan baik dan terhormat, sehingga ia dibina dan dididik oleh ibunya dengan tekun dan penuh perhatian. ia Mulai menuntut ilmu sejak berusia dini dan sejak umur 10 tahun ia telah menghafal beberapa karya ulama hadis.

Imam al-Bukhari telah menuntut ilmu kepada ahli hadis yang popular pada masa itu di berbagai negara, diantaranya di Hijaz, Sham, Mesir, dan Irak. beliau meninggal dunia pada malam selasa tahun 255H, dalam usia 62 tahun kurang 13 hari dan tidak meninggalkan seorang anak pun.

Buta Waktu Kecil

Tidak berselang lama ayahnya wafat ketika Imam Bukhari masih kanak-kanak. Sebuah perpustakaan pribadi ditinggalkannya untuk Muhammad kecil (Imam Bukhari) agar semangat mengaji hadis.

Dalam keadaan yatim, Imam Bukhari kemudian diasuh oleh ibundanya dengan penuh kasih sayang. Dibimbingnya untuk mencintai buku-buku peninggalan ayahnya. Bersama-sama kawan sebayanya Imam Bukhari belajar menulis, membaca al-Quran dan Hadis.

Muhammad bin Ismail ini ketika kecil mengalami rasa sakit yang teramat di kedua matanya, hingga akhirnya mengalami kebutaan (Adz-Dzahabi: Siyar A’lam an-Nubala’, 1405 H).

Keadaan tersebut terus menerus ia alami hingga suatu ketika Allah Swt. mengembalikan penglihatannya berkat usaha dan doa yang ditekuni oleh ibunya. Allah Swt. benar-benar memberikan kesembuhan kepada Imam Bukhari.

Suatu malam, ibunda Imam Bukhari tertidur, dan ia bermimpi melihat Nabi Ibrahim As. Dalam mimpinya Nabi Ibrahim berkata; “Wahai perempuan, sungguh Allah Swt. telah mengembalikan penglihatan putramu, karena banyaknya tangismu, atau banyaknya doa yang kamu panjatkan (Adz-Dzahabi: 1405 H).

Mulai Belajar Hadis

Imam Bukhari belajar hadis sejak masih muda, bahkan kurang dari umur 10 tahun. Ketika Imam Bukhari berusia 10 tahun, Imam as-Syafi’i di Mesir meninggal dunia, tepatnya pada tahun 204 H. Oleh karena itu, Imam Bukhari tidak pernah bertemu dengan Imam Syafi’i secara dhohir.

Imam Bukhari berkata:
أُلْهِمْتُ حِفْظَ الْحَدِيثِ وَأَنَا فِي الْكُتَّابِ . فَقُلْتُ : كَمْ كَانَ سَنُّكَ؟ فَقَالَ : عَشْرَ سِنِينَ ، أَوْ أَقَلَّ

“Saya mendapatkan ilham untuk mudah menghafal hadis, saat itu masih di Kuttab (tempat belajar baca tulis), saat usia 10 tahun atau kurang.”

Imam Bukhari hafal 100.000 hadis shahih sanad dan matannya. Serta hafal 200.000 hadis tidak shahih sanad dan matannya. Sebagaimana pernyataannya:

أحفظ مائة ألف حديث صحيح، وأحفظ مائتي ألف حديث غير صحيح

“Saya hafal 100.000 hadis shahih, dan 200.000 hadis yang tidak shahih.”

Imam Bukhari meninggalkan sekitar dua puluh karya bidang hadis.
Ilmu-ilmunya dan tokoh-tokohnya serta ilmu-ilmu ke-Islaman lainnya. Yang terpopuler adalah Al-Jami’ as-Sahih al-Musnad al-Mukhtasar min umur Rasulillah saw. Wa Sunanihi Wa Ayyamihi yang lebih dikenal dengan sebutan Shahih al-Bukhari.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i