Jakarta, Aktual.com – Myanmar mulai menindas etnis Rohingya sejak puluhan tahun lalu.Penindasan dan teror yang dilakukan militer Myanmar memaksa sejumlah warga Rohingya mencari tempat perlindungan.

Pada tahun 1977-1978, sekitar 200.000 orang Rohingya melarikan diri ke distrik-distrik di Bangladesh yang paling dekat dengan Myanmar. Mereka kemudian menetap di kamp pengungsi PBB hingga saat ini.

Tekanan terhadap minoritas muslim Rohingya kembali pecah pada tahun 1991-1992, yang mengakibatkan sekitar 250.000 warga Rohingya menyelamatkan diri ke Bangladesh.

Mereka dianggap “orang asing” di tanah kelahiran mereka sendiri. Secara sistematis Myanmar mengusir warga Rohingya dengan intimidasi mental.

Mereka dibunuh, disiksa, para perempuan diperkosa, janda-janda menangisi kepergian suaminya yang tak jarang dibunuh di depan mata, mereka juga diserang, ditahan tanpa pengadilan, dan intimidasi lainnya.

Distrik Cox’s Bazar menjadi salah satu tujuan pengungsi Rohingya karena berada dekat dengan Myanmar.

Ratusan kilometer harus mereka tempuh selama belasan hari. Mereka berjalan kaki membelah hutan, menyusuri sungai, membawa harapan hidup yang tersisa.

Di antara 250.000 pengungsi yang melarikan diri ke Bangladesh itu, ada seorang bocah laki-laki berusia enam tahun. Ia belum benar-benar memahami apa yang terjadi. Tetapi yang bocah itu tahu, ia harus terus berjalan.

Artikel ini ditulis oleh:

Nebby