Jakarta, Aktual.co — Bullying merupakan tindakan yang sangat berbahaya dan tidak boleh ditiru, karena membawa dampak traumatik luar biasa pada korbannya. Survey Latitude News terhadap 40 negara menempatkan negara Indonesia di posisi kedua setelah Jepang sebagai negara dengan kasus bullying terbanyak. Urutan berikutnya AS dan Kanada, Finlandia, dan Korea Selatan.
Meski memiliki pengertian yang berbeda-beda di setiap negara, secara umum bullying bisa diartikan sebagai penindasan sekelompok orang atau perseorangan terhadap seseorang. Sebenarnya bentuk penindasan sangatlah berbeda, mulai yang paling ringan berupa intimidasi atau teror perkataan, hingga penyiksaan secara fisik seperti yang dulu sering terjadi di sekolah atau kampus saat ada siswa atau mahasiswa baru. Belakangan, bullying juga mulai marak dilakukan melalui media sosial.
Trauma yang dialami korban bullying bisa mengakibatkan korban nekat melakukan buhuh diri, karena tak kuat menerima perlakuan bullying. Berikut adalah beberapa kisah bullying yang paling mengharukan, sangat menyedihkan.
1. Sebelum Bunuh Diri, Posting Surat Terakhir Di twitterCarlos Vigil (17) remaja yang menjadi korban bullying selama tiga tahun. Remaja yang tinggal di Valencia County, New Mexico, Amerika Serikat, ini diejek kawan-kawannya hanya karena berjerawat dan memakai kacamata. Bahkan, dia dianggap seorang gay. Sang Ayah yang bernama Ray Virgil sangat geram mendengar anaknya diperlakukan seperti ini, sehingga mendesak pemerintah setempat segera mengeluarkan peraturan tentang sanksi pidana terhadap para pelaku bullying.
Pada tanggal 13 Juli 2013, karena benar-benar tak tahan diintimidasi terus-menerus, Carlos menulis dan memposting surat bunuh diri melalui akun Twitter. Dalam isi surat tersebut Carlos justru meminta maaf kepada teman-temannya yang bertahun-tahun menyakitinya.
“Saya adalah orang yang tak memperoleh ketidakadilan di dunia ini, dan sudah waktunya bagi saya untuk meninggalkan dunia ini,” tulisnya.
Carlos juga meminta teman-temannya untuk tidak menangisi keputusannya. Dia justru minta maaf karena tidak mampu mencintai seseorang, atau membuat seseseorang mencintainya.
“Teman-teman di sekolah benar. Saya seorang pecundang, aneh, homo, dan sama sekali tidak dapat diterima orang lain. Saya minta maaf, karena tidak mampu membuat seseorang bangga. Aku bebas sekarang. Xoxo,” kata Carlos mengakhiri suratnya.
Ketika anaknya memposting tulisan tersebut, Ray Vigil sang Ayah justru sedang di North Carolina dan berbicara dengan parlemen setempat membahas RUU tentang Anti-bullying. Begitu membaca posting anaknya, Ray langsung pulang ke rumah. Sayangnya, dia terlambat, begitu tiba di rumah, dia melihat anaknya sudah meninggal.
2. Puisi Bunuh DiriWanita cantik bernama Izzi Dix (14) menulis puisi berisi curhatnya ketika di-bully teman-teman sekolahnya. Setelah dia meninggal, puisinya sengaja disebarluaskan Gabbie Dixx, ibunya, agar tak ada lagi orang-orang yang melakukan praktik bullying, karena dampaknya memang sangat buruk bagi korban.
“Mungkin banyak yang tidak suka dengan puisi ini. Tetapi inilah yang ada di fikiran putriku sebelum bunuh dini. Aku ingin semua remaja lebih berpikir tentang bahaya bullying sebelum dia melakukan tindakan itu,” ujar Gabbie.
Puisi ini ditulis Izzi setelah dia datang ke pesta yang dilakukan teman-temannya, dan dia mendapat perlakuan yang sangat buruk. ini isi puisinya :
They push me away. I stand still. My eyes glazed and absent.They start to ask questions, As to why I am there.They begin to tell me that nobody wants me there.They tell me to leave and that I am not wanted.Not there, not anywhere…
(Mereka memaksaku pergi. Aku berdiri dalam diam. Mataku berkaca-kaca, hening.Mereka bertanya, mengapa aku di sana.Mereka memberitahuku, tak seorangpun menginginkanku di sana.Mereka memberitahuku agar segera enyah, tetapi aku tak ingin.Tak ada, tidak di mana saja…)
3. Menulis Surat Untuk SinterklasRyan dan Amber adalah anak kembar berbeda jenis kelamin dan berumur 8 tahun. Suatu hari, Ryan menulis surat untuk Santa Claus (Sinterklas), mengenai perlakuan buruk teman-temannya terhadap Amber:
“Dear Santa. Ibu menyuruhku untuk mengirim surat mengenai daftar permintaan pada Hari Natal. Aku ingin mobil-mobilan dan helikopter, tapi aku tidak mau hal itu lagi. Anak-anak di sekolah terus memperlakukan Amber dengan buruk, dan itu tak adil. Aku telah berdoa pada Tuhan, tapi sepertinya Dia sibuk dan aku membutuhkan bantuanmu.”
Isi suratnya sepertinya lucu, tetapi sebenarnya sangat menyentuh. Dengan kepolosannya, Ryan tidak lagi menginginkan aneka mainan. Dia justru memberikan empati luar biasa terhadap kembarannya, Amber, yang terus-menerus di-bully teman-teman sekolahnya.
Amber selalu diejek teman-temannya sebagai gadis cilik gendut dan hiperaktif. Tentu yang membaca surat ini bukanlah Sinterklas, melainkan ibunya sendiri. Berkat surat dari Ryan, Ibu segera mengambil tindakan untuk menyelamatkan Amber dari praktik bullying ini, yaitu memindahkannya ke sekolah lain.
Itulah sepenggal kisah yang masih banyak mungkin hal-hal yang lebih tragis akibat dari bullying yang sebenarnya tidak menguntungkan apapun.
Untuk Anda para orangtua agar berhati-hati dan terus pantau anak-anak Anda agara dapat diarahkan untuk tidak melakukan kejahatan yang menyebabkan kematian seseorang atau malah menjadi bagian korban bullying. Dikutip dari simomot, Senin (17/11).

Masuk
Selamat Datang! Masuk ke akun Anda
Lupa kata sandi Anda? mendapatkan bantuan
Disclaimer
Pemulihan password
Memulihkan kata sandi anda
Sebuah kata sandi akan dikirimkan ke email Anda.