Jakarta, Aktual.com – Pada Senin (10/8), KH Ahmad Mustofa Bisri, berulang tahun.Pengurus Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin, Rembang, Jawa Tengah ini, pada Senin kemarin, genap berusia 71 tahun.

Kiai Ahmad Mustofa Bisri atau yang akrab disapa Gus Mus ini, lahir di Rembang, Jateng pada 10 Agustus 1944, dari keluarga santri. Ayahnya KH Bisri Mustofa, adalah ulama kharismatik dan juga pendiri Pondok Pesantren Raudlatuh Tholibin.

Perjalanan pendidikan Gus Mus, sempat dijalaninya di Pesantren Lirboyo, Kediri, Jawa Timur, pada 1957. Gus Mus menjalani sebagai santri di Ponpes tersebut selama dua tahun. Kemudian, Gus Mus pindah ke Pesantren Krapyak, Yogyakarta. Di Yogyakarta, ia diasuh oleh KH Ali Maksum selama hampur tiga tahun. Ia lalu kembali ke Rembang untuk mengaji langsung diasuh ayahnya.

KH Ali Maksum dan ayahnya KH Bisri Mustofa adalah guru yang paling banyak mempengaruhi perjalanan hidupnya. Kedua kiyai itu memberikan kebebasan kepada para santri untuk mengembangkan bakat seni. Hal ini yang mempengaruhi Gus Mus selain menjadi ulama, ia juga dikenal sebagai budayawan, sastrawan, pelukis dll.

Dari pemikiran Gus Mus, banyak sudah karya-karya Gus Mus yang dijadikan buku dan diterbitkan kepada masyarakat luas, seperti buku berjudul “Nyamuk-Nyamuk Perkasa dan Awas, Manusia”, “Ohoi, Kumpulan Puisi Balsem”, “Mutiara-mutiara Benjol” dan banyak lagi karya-karya Gus Mus yang dituangkan dalam buku.

Selain buku, Gus Mus juga telah memamerkan beberapa karya lukisan yang dibuatnya.

Kemudian pada tahun 1964, dia dikirim ke Kairo, Mesir, untuk belajar di Universitas Al-Azhar, mengambil jurusan studi keislaman dan bahasa Arab, hingga tamat tahun 1970. Ia satu angkatan dengan KH Abdurrahman Wahid (Gus Dur).

Sebagai ulama di kalangan organisasi Islam Nahdlatul Ulama, Gus Mus cukup dihormati. Terbukti dengan dipilihnya Gus Mus sebagai Rais Aam PBNU pada Muktamar ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, pekan kemarin.

Namun, Gus Mus menolak untuk menerima jabatan tersebut, dengan mengirimkan sepucuk surat kepada panitia Muktamar, sebagai bentuk ketidaksediaannya, sesaat setelah diumumkan.

Selain itu, Gus Mus yang sangat akrab di kalangan NU, juga ikut “membidani” lahirnya Partai Kebangkitan Bangsa (PKB). Gus Mus juga salah satu tokoh yang merancang logo partai tersebut, yang hingga kini masih tetap digunakan.

Artikel ini ditulis oleh: