Dirut PT Pertamina (Persero) Dwi Soetjipto memberikan keterangan pers terkait likuidasi Petral Group di Jakarta, Senin (4/4). Pertamina telah melakukan formal likuidasi Petral Group yang terdiri dari Zambesi, Petral dan PES pada Februari 2016 lalu sehingga lebih cepat dari target sebelumnya yakni Juni 2016. ANTARA FOTO/Sigid Kurniawan/pras/16.

Jakarta, Aktual.com — Direktur Utama PT Pertamina (Persero), Dwi Soetjipto mengklaim perusahaannya pada tahun lalu berhasil melakukan efisiensi hingga mencapai USD255,2 juta.

Kemudian dengan adanya pembenahan tata kelola arus minyak, dia yakin pada tahun ini akan mampu melakukan efisiensi sebesar USD105 juta, bahkan apabila Pertamina dapat mempertahankan kinerjanya maka diperkirakan angka efisiensi bisa memcapai USD200 juta.

“Dengan kinerja nyata berupa efisiensi yang tahun lalu mencapai USD255,2 juta. Tahun ini target sekitar USD105 juta dan apabila terus dipertahankan kinerja saat ini kami yakin bisa USD200 juta,” kata Dwi pada acara PTKAM Summit 2016 yang dikutip Aktual.com dari Wab Pertamina, Sabtu (28/5)

Agar mendapat pengakuan publik, Dwi berupaya menjustifikasi bahwa Pertamina terhindar dari defisit labah pada tahun lalu karena faktor keberhasilan efisiensi.

“Tahun lalu kalau ditinjau dari laba karena kita melakukan efisiensi maka laba kita tidak turun dibanding 2014, bahkan kalau dalam Rupiah kita lebih tinggi. Kalau tahun 2014 laba kita Rp18 triliun, sedangkan 2015 mencapai Rp19 triliun,” katanya kepada Aktual.com saat ditemui di Gedung Pertamina Jl Medan Merdeka Jakarta, Senin (23/5).

Padahal seperti diketahui publik, keberhasilan Pertamina dalam menjalankan bisnisnya ditengah sektor upstream (hulu) yang tidak menguntungkan, karena perusahaan BUMN itu ditunjang dari sisi down stream (hilir), yakni penjualan harga Bahan Bakar Minyak (BBM) ke masyarakat.

Dari penetapan harga penjualan BBM ke masyarakat yang dilakukan beberapa waktu lalu, Pertamina tidak mau menurunkan harga terlalu besar, para direksi beralasan untuk menjaga stabilitas harga di pasaran dan menutupi Pertamina dari kerugian sektor hulu.

Dengan demikian pemerintah mengakomodir usulan dari pertamina dan melakukan penjualan harga minyak di masyarakat dengan harga yang lebih tinggi atau tidak sesuai dengan harga MOPS yang semestinya berdasarkan kesepakatan awal, penetapan harga BBM harus memgacu pada MOPS.

Lebih-lebih sebelumnya, Pertamina juga telah menarik keuntungan yang besar pada masyarakat dari selisih harga yang ditetapkan pada periode sebelumnya.

Dengan demikian dapat dikatakan keberlangsungan usaha pertamina saat ini sepenuhnya karena subsidi dari masyarakat, walaupun seharusnya Pertamina yang meringankan beban masyarakat. Namun, kondisi saat ini malah Pertamina menjadi beban bagi masyarakat.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Dadangsah Dapunta