Semarang, Aktual.com — Memasuki libur perayaan hari raya Etnis Tionghoa atau dikenal Implek yang ditetapkan sebagai hari libur nasional, Klenteng Sam Po Kong, di Gedong Batu, Semarang, bertransformasi menjadi kawasan wisata.

Hampir sebagian besar pengunjung Kelenteng Sam Po Kong didominasi wisatawan lokal asal Semarang dan sekitarnya. Rata-rata pengunjung warga muslim lebih besar dibandingkan kalangan etnis Tionghoa.

Mereka rela berpanas-panasan menyaksikan akrobat atraksi permainan barongsai. Satu sama lain mereka saling berdesak-desakkan menyaksikan ritual kepercayaan dan arak-arakan pawai menggotong Toapekong Sam Po dari Klenteng Gang Lombok dengan disertai ular naga (Liong) dan Samsi serta seekor kuda menuju ke Sam Po Kong.

Pengunjung penasaran patung Laksamana Cheng Ho setelah disucikan dan diserahkan untuk diletakkan di Altar Goa dengan ditandu. Goa itu bukan merupakan goa asli yang berada di dalam Klenteng.

Ketua Yayasan Klenteng Sam Po Kong, Tutuk Kurniawan mengatakan, liburan Implek tidak sekedar dirayakan bagi etnis tionghoa, melainkan warga muslim. “Mayoritas pengunjung dari kalangan muslim hampir 70 persen,” beber dia kepada aktual.com, Senin (8/2).

Klenteng Sam Po Kong dulu dikenal sebagai Klenteng Gambiran. Dalam sebuah riwayat, Sam Po Kong bernama Tju Kie Hak Siep, goa asli di mana Cheng Ho mendarat dan tinggal telah runtuh terkena angin puyuh besar yang melanda di daerah Simongan pada tahun 1704.

Pada waktu itu, daerah Gedong batu masih dikuasai oleh Yahudi kaya bernama Yohannes yang selalu meminta uang buka pintu sebagai pajak yang sangat tinggi. Hal ini menyulitkan masyarakat Tionghoa untuk melakukan upacara.

Seorang pedagang dan tokoh Tionghoa Oei Tjie Sien mempunyai ujar atau nazar kalau orang Islam ngomong, jika usahanya berhasil akan membeli daerah milik orang Yahudi itu. Ternyata usahanya berhasil Oei dapat membeli Gedong Batu. Kemudian masyarakat sekitar bisa dengan bebas dan cuma-cuma melakukan upacara dan ritual doa di Klenteng Sam Pho Kong tersebut.

Selain pengunjung menyaksikan akrobat Barongsain, juga dihibur kesenian pagelaran wayang kulit semalam suntuk. Sehingga Klenteng Sam Po Kong saat itu secara tidak langsung menjadi tempat pembauran kebudayaan dari berbagai macam golongan.

Ribuan lembar tiket masuk Klenteng Sam Po Kong ludes terjual. Bahkan, area parkir tak cukup dipenuhi parkir kendaraan roda empat, bus, dan roda dua. Arus lalu lintas dari jalan Pamularsih menuju Perempatan Kaligarang macet total.

Akibat, pelataranparkir Klenteng tak muat diisi kendaraan.
Juru parkir terpaksa memarkir hingga ke tengah jalan.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Nebby