Terkait lukisan “Kawan-kawan Revolusi”, menurut Kurniawan, Presiden Sukarno selalu memanjatkan doa di depan lukisan itu ketika memamerkan lukisan itu di hadapan tamu negara. Model di dalam lukisan itu juga tidak melulu tentara yang ditunjukkan dengan topi baret di atas kepalanya. Ada anak kecil termasuk anak S Sudjodjono dan rakyat biasa bernama bang Dullah yang memborbardir 8 tank Belanda tapi akhirnya juga gugur bunuh diri saat Agresi Militer Belanda II.
Tidak ketinggalan di dalam lukisan itu ada potret pelukis yang ditandai dengan topi “flatcap” khas pelukis.
Kurniawan menilai bahwa pelukis pun pejuang salah satunya dengan lukisan massal tangan yang melepaskan rantai. Gambar itu marak pada masa perjuangan kemerdekaan, di bawah lukisan itu ada tulisan “bung ayo bung”.
“Gambar itu yang menggambar Pak Affandi mengambil kata-katanya Chairil Anwar di lokalisasi. Kalau zaman sekarang ‘mas ayo mas’ untuk menjajakan diri tapi dulu itu disebut ‘bung ayo bung’ makanya gambarnya tangan yang terbelunggu dimerdekakan. Lukisan itu dan semua lukisan sebelum kemerdekaan bertujuan membangkitkan jiwa untuk mencapai kemerdekaan,” tegas Kurniawan.
Melalui lukisan-lukisan karya Affandi, S. Soedjojono, Dullah dan kawan-kawan, Presiden Sukarno berupaya membakar semangat rakyat sehingga rangkaian peristiwa yang ditorehkan pelukis di kanvas senafas menuju tujuan Indonesia merdeka.
Seni rupa, khususnya lukisan pun mengambil banyak peran dalam kemerdekaan Indonesia.
Artikel ini ditulis oleh: