Potongan lukisan itu lalu ditimpa oleh S Sudjojono menjadi lukisan “Jalan Menuju Kaliurang” yang diubah judulnya oleh Presiden Sukarno menjadi lukisan “Seribu Pandang” dan saat ini juga berada di istana di Jakarta, dipindahkan dari Istana Cipanas.

“Jadi satu kanvas isinya 2 lukisan, sebenarnya lukisan itu mahal ‘banget’ karena di balik lukisan “Seribu Pandang” itu ada lukisan “Persiapan Gerilya”,” tambah Kurniawan.

Selain lukisan bertema revolusi ada juga lukisan pesanan Presiden Sukarno seperti lukisan “Perkelahian Antara Rahwana dan Djataju Memperebutkan Sinta” karya Basuki Abdullah yang awalnya dirasa kurang dramatis oleh Sukarno dan meminta tambahan petir sebagai latar belakangnya.

Basuki Abdullah juga melukis banyak lukisan perempuan yang dipesan Sukarno termasuk lukisan Nyi Roro Kidul dalam berbagai interpretasi, setidaknya ada 5 lukisan tentang Ratu Pantai Selatan itu dibuat Basuki Abdullah, salah satu lukisan bahkan menggunakan tangan Ibu Fatmawati sebagai modelnya.

Selain melukis di atas kanvas menggunakan minyak, Basuki Abdullah –anak dari pelukis Abdullah Suriosubroto yang merupakan anak dari dr. Cipto Mangunkusumo, pendiri Budi Utomo– juga menggunakan konte, batang isi pensil sejenis arang tapi padat untuk melukis. Hasil lukisannya adalah potret Sukarno yang dijadikan perangko.

Artikel ini ditulis oleh: