Jakarta, aktual.com – Komunitas sosial House of Coconut Craft (HOCOCO) memberdayakan masyarakat di Desa Kalirejo, Kabupaten Kulon Progo, Yogyakarta dengan memanfaatkan limbah sabut kelapa menjadi barang-barang kreatif bernilai jual.

“Jadi pada dasarnya kami itu komunitas sosial yang ingin memberdayakan masyarakat di Kulon Progo,” kata cofounder HOCOCO Community Fikri Muhammad di sela acara InnovAction: Help The Society with Your Creativity di @america, Jakarta, Jumat (8/11).

Ia mengatakan komunitas tersebut terbentuk pada 2017 dengan motivasi untuk memberdayakan masyarakat dan memanfaatkan potensi limbah sabut kelapa agar tidak terbuang sia-sia dan mengganggu lingkungan sekitar.

“Jadi mereka itu di daerah penghasil kelapa terbesar kedua di Kulon Progo, tetapi warga di sana itu masih menganggap limbah sabut kelapa tidak berguna sehingga dibuang dan mengganggu lingkungan sekitar,” katanya.

Atas keprihatinan terhadap tingkat kemiskinan di desa itu dan melimpahnya potensi yang dapat dimanfaatkan, komunitas HOCOCO yang terdiri dari sekitar 12 anggota mencoba mengajak masyarakat, terutama ibu-ibu, untuk melakukan aktivitas yang lebih produktif dengan mengolah limbah sabut kelapa menjadi hasil kerajinan tangan seperti boneka, gantungan kunci dan media tanam berbentuk boneka.

Selama proses produksi, Fikri mengatakan limbah sabut kelapa terlebih dahulu direndam sekitar mininal satu jam untuk menghilangkan zat tanin pada sabut. Setelah direndam, sabut kelapa dihancurkan untuk memisahkan sabut dan serbuk kelapanya.

“Jadi kita pisah yang panjang-panjang (serabut) sama serbuknya,” katanya.

Serabut kelapa diolah menjadi kerajinan tangan seperti boneka, sementara serbuknya dibentuk menjadi gantungan kunci dan media tabam yang juga berbentuk boneka.

Melalui upaya pemanfaatan limbah tersebut, HOCOCO sudah berhasil memberdayakan dan meningkatkan perekonomian belasan KK di desa tersebut dan akan terus mengajak lebih banyak lagi warga di sana untuk meningkatkan kemampuan sembari menjaga kebersihan lingkungan sekitar dari limbah kelapa. [Eko Priyanto]

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Zaenal Arifin