Jakarta, Aktual.com — PT Pertamina (Persero) mengungkapkan volume konsumsi Bahan Bakar Minyak (BBM) menurun dibanding periode yang sama tahun lalu.‎ Hal tersebut berkaitan dengan tingkat pertumbuhan ekonomi yang sedang mengalami perlambatan. Secara total, konsumsi BBM dibanding periode sama tahun lalu telah mengalami penurunan 7 persen.

“‎Saya bicara blak-blakan. Premium (penjualannya turun), belum ada yang lain yang jual di SPBU, itu drop juga. Apa orang-orang sudah malas pakai mobil, atau rapat di luar kota,” ujar Direktur Pemasaran dan Niaga PT Pertamina (Persero) Ahmad Bambang di Jakarta, Rabu (5/8).

Menurutnya, konsumsi Premium sudah turun di angka 68,5 KL. Sedangkan Per 4 Agustus 2015 rata-rata konsumsi Pertalite sudah tembus 4,5 kiloliter (KL).

“Faktanya konsumsi premium turun jauh sekitar 13 persen. Sedangkan secara total BBM dibanding kuartal II 2014 turun 7 persen. Bahkan pada sektor industri juga ada sedikit penurunan,” tambahnya.

Seperti diketahui, PT Pertamina (Persero) pada semester I 2015 mencatatkan laba bersih sekitar USD570 juta, yang disokong oleh peningkatan kinerja operasional berbagai lini bisnis di tengah iklim industri minyak dan gas bumi dunia yang penuh tantangan. Laba bersih tersebut turun 46% dibandingkan periode yang sama tahun lalu USD1,13 miliar. (Baca: Laba Pertamina Anjlok 46 Persen Jadi USD570 Juta)

“Usaha hilir minyak menggerus laba usaha. Harga jual yang ditetapkan pemerintah tidak mengikuti formula yang pernah disepakati. Hal itu memberi makna bahwa memang pemerintah tidak serta merta mengikuti harga minyak dunia, dan pemerintah memperhatikan masyarakat,” ujar Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto.

Menurutnya, kondisi dunia migas saat ini telah menuntut perseroan untuk melakukan langkah efisiensi. Dalam konteks Indonesia, situasi industri migas yang tertekan ditandai dengan anjloknya Indonesian Crude Price (ICP), ditambah rupiah yang semakin tertekan. Untuk menekan kerugian akibat jual premium lebih murah dari nilai ekonomisnya, pertamina meminta pemerintah menyediakan dana stabilisasi. (Baca: Pertamina Merugi Jual Premium)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka