Pemimpin Korea Utara Kim Jong-un menghadiri upacara peluncuran kapal selam serang nuklir taktis baru di Korea Utara, dalam gambar yang dirilis oleh Kantor Berita Pusat Korea (KCNA) Korea Utara pada 8 September 2023 .Aktual/ KCNA via REUTERS

JAkarta, aktual.com – Korea Utara menyampaikan kecaman keras terhadap serangan militer Amerika Serikat (AS) ke tiga fasilitas nuklir utama milik Iran, yakni Natanz, Isfahan, dan Fordow. Pyongyang menyebut aksi tersebut sebagai pelanggaran serius terhadap kedaulatan dan keamanan nasional sebuah negara.

Mengutip pernyataan resmi Kementerian Luar Negeri Korea Utara yang dilansir Reuters, Senin (23/6/2025), negara itu menilai AS dan Israel sebagai aktor utama di balik meningkatnya ketegangan konflik di Timur Tengah. Serangan itu dipandang sebagai bentuk nyata dari “gerakan perang tanpa henti dan ekspansi wilayah” yang dilakukan oleh Yerusalem dan didukung negara-negara Barat.

“Korea Utara mengecam keras serangan AS terhadap Iran yang dengan kejam menginjak-injak integritas wilayah dan kepentingan keamanan negara yang berdaulat,” ujar juru bicara Kemlu Korea Utara yang tidak disebutkan namanya.

Pyongyang juga menyerukan komunitas internasional untuk bersatu dan mengecam tindakan konfrontatif yang dilakukan AS dan Israel, demi menjaga stabilitas global.

Di sisi lain, pernyataan keras ini memunculkan spekulasi akan adanya dukungan langsung Korea Utara terhadap Iran, khususnya dalam membantu membangun kembali fasilitas nuklir yang hancur akibat serangan udara AS.

Peneliti senior dari Carnegie Endowment for International Peace, Ankit Panda, mengungkapkan bahwa Korea Utara bisa saja memberikan bantuan teknis dan strategis bagi Iran untuk merelokasi atau menyembunyikan fasilitas barunya dari pengawasan global.

“Iran dan Korea Utara memiliki sejarah panjang dalam kerja sama militer, termasuk pengembangan rudal balistik. Tapi sejauh ini belum jelas apakah mereka akan memperluas kolaborasi ke program senjata nuklir secara terbuka,” kata Panda.

Lebih jauh, berdasarkan informasi dari intelijen AS dan Ukraina, Korea Utara selama satu tahun terakhir telah memperkuat bantuan militernya kepada Rusia, yang juga merupakan mitra strategis Iran. Dukungan itu mencakup pengiriman ribuan tentara, rudal balistik, hingga senjata ringan untuk keperluan perang di Ukraina.

Kondisi ini menambah rumit dinamika geopolitik global, karena menunjukkan poros kerja sama strategis antara Korea Utara, Iran, dan Rusia, yang berseberangan langsung dengan koalisi negara-negara Barat.

Sementara itu, Iran belum mengambil tindakan balasan besar terhadap serangan AS, namun telah menyatakan akan menggunakan seluruh opsi untuk membela kedaulatan negaranya. Ketegangan di kawasan diperkirakan akan terus meningkat dalam waktu dekat jika tidak ada inisiatif diplomatik yang kuat.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Tino Oktaviano