Pembeli memilih ikan di pasar Inpres Lhokseumawe, Provinsi Aceh, Selasa (3/1). Minimnya persediaan ikan nelayan dampak dari cuaca ekstrim perairan Selata Malaka Aceh, mengakibatkan harga ikan segar di sejumlah pasar mengalami kenaikan hingga 100 persen. ANTARA FOTO/Rahmad/foc/17.

Jakarta, Aktual.com – Kota Baubau, Sulawesi Tenggara, belum bisa mengendalikan inflasi di sektor perikanan karena mahalnya biaya kapal yang menggunakan peti kemas untuk mengirim ikan ‘cold storage’.

“Kapal-kapal yang datang mengantar peti kemas ke Baubau pulangnya hampir tidak ada barang yang diangkut sehingga biaya pemuatan dinaikkan,” ujar Sekretaris Dinas Perdagangan dan Perindustrian Kota Baubau, Amrin Taone di Baubau, Jumat (27/1).

Disampaikan, kapal peti kemas yang masuk ke Baubau membawa 200 peti kemas lalu sepulangnya hanya membawa sekitar 10-20 peti kemas, sehingga untuk menutupi biaya operasional mereka menaikkan biaya pemuatan.

“Kalau Kota Kendari datang 200 peti kemas pulangnya juga 200 peti kemas. Artinya semua peti kemas terisi. Oleh karenanya hal ini harus dicarikan jalan keluar sehingga peti kemas yang masuk terisi semua agar biayanya murah,” jelasnya.

Di samping itu, lanjut Amrin, pada saat musim-musim tertentu produktifitas ikan yang masuk ke Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Wameo sangat minim karena TPI tidak pernah memiliki ikan hanya menyewakan kepada pemilik ikan.

“Salah satu langkah yang harus disiapkan SKPD teknis harus menyiapkan anggaran untuk membeli ikan nelayan sehingga pada saat tertentu atau misalnya produktiVitas nelayan menurun,maka intervensi pemerintah dengan menjual ikan dimasyarakat sehingga harga ikan tidak semahal hari ini,” ujar dia.

Oleh karena itu, lanjut dia, pemerintah bersama stakeholder lain rapat bersama membahas hal tersebut untuk mencari jalan yang harus dilakukan. (Ant)

Artikel ini ditulis oleh: