Sejumlah siswa mengikuti aksi memperingati Hari Anak Nasional yang dilakukan Komisi Perlindungan Anak (KPA) Makassar di Bawah Jembatan Layang Makassar, Sulawesi Selatan, Sabtu (23/7). Dalam aksinya mereka menuntut dihentikannya kekerasan terhadap anak baik kekerasan fisik maupun kekerasan mental yang dapat merusak masa depan anak. ANTARA FOTO/Yusran Uccang/ama/16

Jakarta, Aktual.com – Kasus kekerasan terhadap anak di lingkungan sekolah hingga saat ini masih kerap terjadi.  Menanggapi hal tersebut Wakil Ketua Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) Susanto mengatakan bahwa kekerasan berdampak pada penumpulan dan pelemahan kualitas anak Indonesia.

“Kondisi ini jika dibiarkan, akan melemahkan bangsa dan negara,” katanya kepada wartawan, Minggu (24/7).

Dalam peringatan Hari Anak Nasional (HAN) 2016, Susanto mengutarakan enam pesan untuk para guru. Untuk yang pertama soal proses pendidikan berlangsung dengan nyaman, menyenangkan dan membelajarkan untuk semua anak.

Dilanjutkan soal model pendisiplinan positif dalam pendidikan. Untuk yang ketiga yakni anak untuk tidak menjadi pelaku dan korban bullying di satuan pendidikan. Diteruskan tak ada buku yang berkonten kekerasan, sadisme, pornografi dan radikalisme, karena konten tersebut, berpotensi diimitasi oleh anak dan melemahkan kualitas pendidikan.

“Adanya anak yang lemah dan cerdas secara akademik, bukan berarti dimaknai sebagai takdir, namun karena proses pendidikan yang belum ‘membelajarkan’ semua anak sesuai dengan karakteristik dan gaya belajar masing-masing,” katanya.

Untuk yang kelimayakni lingkungan sekolah steril dari rokok dan zat adiktif. Dan terakhir yang keenam yakni pastikan anak mendapatkan literasi memanfaatkan internet secara sehat.

“Beragam kasus anak menjadi pelaku kekerasan bahkan kekerasan seksual, tampaknya sebagian dipengaruhi oleh lemahnya literasi internet pada anak,”tandasnya.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid