Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos mengatakan bahwa negara Asia Tenggara itu mencatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7,6 persen pada 2022, pertumbuhan tertinggi dalam 46 tahun terakhir. Marcos menyelesaikan tahun pertama dalam masa jabatannya pada 30 Juni, menyebut bahwa kondisi negara itu "solid dan semakin baik." ANTARA/Xinhua.
Presiden Filipina Ferdinand Romualdez Marcos mengatakan bahwa negara Asia Tenggara itu mencatat pertumbuhan Produk Domestik Bruto (PDB) sebesar 7,6 persen pada 2022, pertumbuhan tertinggi dalam 46 tahun terakhir. Marcos menyelesaikan tahun pertama dalam masa jabatannya pada 30 Juni, menyebut bahwa kondisi negara itu "solid dan semakin baik." ANTARA/Xinhua.

Jakarta, aktual.com – Filipina menghadapi ancaman serius terhadap ketahanan pangan negaranya akibat dampak cuaca kering El Nino yang mengancam panen lokal dan pasokan beras distribusi lainnya. Seperti dilansir Reuters, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr. tengah mencari alternatif pasokan dengan membuka kemungkinan kesepakatan dengan India.

“Saya sedang memikirkan tentang pasokan beras nasional,” kata Marcos kepada para pejabat di provinsi utara Cagayan, Sabtu (29/7/2023).

Presiden Marcos mengekspresikan keprihatinannya atas situasi pasokan global beras yang terpengaruh oleh cuaca ekstrem El Nino di seluruh Asia Tenggara. Filipina, sebagai salah satu importir beras terbesar di dunia, biasanya mendapatkan pasokan beras pokok dari tetangganya Vietnam. Namun, situasi ini menjadi kritis karena pasokan dari Vietnam mungkin terbatas karena permintaan dari pembeli lain yang juga berusaha memenuhi kebutuhan beras.

“Saya pikir kita bisa membuat kesepakatan dengan India. Mungkin ada seseorang yang bisa kita ajak bicara,” ujar Presiden Marcos, menunjukkan harapannya untuk mencari jalan keluar dalam krisis pasokan beras.

Namun, mencari alternatif pasokan beras dari India juga tidak mudah. Sebagai respons terhadap kenaikan harga beras domestik, India telah melarang ekspor beras putih non-basmati. Kementerian pangan India belum memberikan tanggapan atas permintaan komentar dari pihak Filipina terkait kemungkinan kesepakatan pasokan tersebut.

Kondisi ini menimbulkan kekhawatiran bagi Filipina, mengingat India adalah eksportir beras terbesar di dunia yang menyumbang lebih dari 40% dari total ekspor beras dunia. Larangan ekspor dari India diharapkan akan mengurangi separuh pengiriman beras dan menyebabkan lonjakan harga beras di tingkat global, terutama beras yang diimpor dari Vietnam dan Thailand.

Presiden Marcos juga mengkhawatirkan kemungkinan dampak kenaikan harga beras yang diekspor dari luar negeri terhadap harga beras lokal di Filipina. Dalam kondisi darurat, Filipina dapat mengimpor beras melalui lembaga negara dengan persetujuan presiden. Namun, impor beras di Filipina biasanya ditangani oleh pedagang swasta.

Dengan menghadapi tantangan ketahanan pangan yang kompleks ini, Presiden Marcos berusaha mencari solusi melalui negosiasi dan perjanjian dengan India. Upaya ini diharapkan dapat memberikan jalan keluar dalam menghadapi krisis pangan dan memastikan pasokan beras yang cukup dan stabil untuk masyarakat Filipina.

Artikel ini ditulis oleh: