Sochi, Aktual.com – Rusia menggunakan pola pikir menyerang saat menghadapi lawan-lawan mereka di fase penyisihan grup Piala Dunia, tetapi bermain bertahan dalam pertandingan 16 besar melawan Spanyol, dan Kroasia yakin mereka siap menghadapi apapun pola permainan yang diterapkan tuan rumah pada babak perempat final, Sabtu (7/7).

Rusia masuk ke turnamen sebagai tim dengan peringkat terendah tetapi memulai dengan luar biasa saat mempermalukan Arab Saudi 5-0 dan Mesir 3-1 sebelum kalah 3-0 dari juara Grup A Uruguay. Mereka mencapai delapan besar dengan kemenangan adu penalti atas Spanyol.

Rusia mengubah taktik untuk bermain di lima pertandingan terakhirnya dengan striker tunggal Artem Dzyuba saat melawan Spanyol di babak 16 besar pada Minggu, sebuah pendekatan yang membatasi lawan mereka hanya menciptakan satu peluang sepanjang 90 menit.

“Ya, kami telah menyaksikan hampir semua pertandingan mereka,” kata pemain depan Kroasia Ivan Perisic kepada wartawan di markas latihan mereka di Sochi, seperti diberitakan Reuters, Kamis (5/7).

“Melawan Spanyol mereka menggunakan sistem yang berbeda, tetapi Anda harus beradaptasi dengan setiap tim yang Anda lawan. Jadi mereka pikir itu adalah taktik terbaik untuk mereka, dan saya juga berpikir mereka membuat keputusan yang tepat,” katanya menceritakan ketika Rusia bermain dengan Spanyol.

“Kami akan mempersiapkan dengan baik untuk kedua versi. Kami masih memiliki beberapa hari untuk mempersiapkan diri dengan baik.” Kroasia menunjukkan permainan menyerang cepat bintang mereka ketika mengalahkan Nigeria, Argentina dan Islandia untuk memuncaki grup mereka. Tapi, seperti Rusia, mereka mengambil pola bertahan saat pertandingan delapan besar dengan kemenangan 3-2 atas Denmark.

Diperkuat pemain kelas dunia seperti gelandang Luca Modric dan serangkaian pemain depan papan atas termasuk Mario Mandzukic, Ante Rebic, Andrej Kramaric dan Perisic, tim Zlatko Dalic mencetak setidaknya dua gol di masing-masing dari tiga pertandingan grup mereka, termasuk tiga gol saat menaklukkan Argentina.

“Saya pikir kami harus fokus pada diri kami sendiri karena tim Kroasia memiliki kualitas yang lebih besar, kami hanya perlu menunjukkan bahwa di lapangan kami akan dapat mengatur tempo permainan,” kata Rebic.

Kroasia menjalani fase kualifikasi secara tambal sulam, tergelincir dari awal hingga finis ketiga di grup dan kemudian memecat pelatih Ante Cacic di tahap akhir.

Dalic hadir dan timnya telah mempertaruhkan klaim sebagai salah satu kuda hitam di turnamen ini.

“Setiap pelatih memiliki beberapa ide baru, dan setelah beberapa pertandingan buruk yang kami mainkan … mungkin, seperti yang kita semua bisa lihat, ternyata saat ini merupakan yang terbaik,” kata pemain depan Inter Milan Perisic.

“Setiap pelatih memiliki ide-idenya, dan setelah momen itu (ketika manajer itu berubah) semuanya membaik sehingga kita semua bisa merasa senang.” Sejak tim Kroasia yang berbakat mencapai putaran semifinal Piala Dunia 1998 di turnamen besar kedua mereka sebagai negara merdeka, generasi berikutnya mendapat tekanan dari para penggemar dan media di negara itu untuk meniru prestasi tersebut.

Tim saat ini diharapkan menjadi salah satu kemenangan dari prestasi sebelumnya.

“Ini mimpi untuk berada dalam situasi yang sama,” kata Perisic. “Sekarang adalah waktunya dan semoga kita bisa mencapai hasil yang sama. Kami benar-benar menantikan pertandingan melawan Rusia.”

 

Ant.

Artikel ini ditulis oleh: