Dirut PT Bank Negara Indonesia (persero) Tbk, Achmad Baiquni (tengah) didampingi jajaran direksi memberikan keterangan kepada wartawan seusai Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) Luar Biasa di Jakarta, Selasa (12/1). RUPS Luar Biasa BNI menetapkan Komisaris Utama baru yaitu Hartadi A Sarwono dan Bistok Simbolon sebagai Komisaris Perseroan serta mengangkat Panji Irawan sebagai Direktur. AKTUAL/EKO S HILMAN

Jakarta, Aktual.com —  Manajemen PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk, akan terus memperbaiki laju rasio kredit macet (non performing loan/NPL) yang di kuartal-I 2016 mencapai 2,8 persen.

Dengan angka itu berarti meningkat lebih tajam dari kuartal-I 2015 yang di angka 2,1 persen atau meningkat 0,7 persen. Sedangkan NPL net kuartal I 2016 sebesar 0,9 persen.

“Ke depan kami akan tetap lakukan perbaikan NPL kami. Sehingga hingga akhir tahun kami targetkan tidak sebesar seperti yang kenarin (kuartal-I 2016). Terutama untuk kredit sektor ritel,” tutur Direktur Utama BBNI, Achmad Baiquni di Jakarta, Selasa (12/4).

Salah satu kebijakan yang akan dilakukan adalah, antara lain kebijakan bunga single digit untuk kredit yang akan dapat mendorong penurunan NPL ini. “Dengan suku bunga kredit yang single digit ini, maka mereka (nasabah) akan lebih bisa memperbiki bisnisnya lebih berdaya saing,” imbuh Baiquni.

Di tempat yang sama, Direktur BBNI, Herry Sidharta menegaskan, peningkatan NPL itu lebih disebabkan memburuknya ratio kredit bermasalah di sektor  segemen kecil menengah.

“Untuk segmen usaha kecil di sektor ritel perdagangan yang kami berikan kredit maksimal Rp 15 miliar. Itu NPL-nya tinggi,” ujar dia.

Lebih jauh Herry menegaskan, pada segmen ritel skala kecil ratio NPL gross sebesar 4,46 persen. Sementara segmen menengah juga cukup tinggi dengan NPL 3,6 persen. Hal ini diakibatkan karena ekonomi masih lesu dan sektor perhotelan juga lesu.

“Untuk penyaluran kreditnya di segmen menengah Rp52 triliun dan segmen kecil mencapai Rp42 triliun,” lanjut dia.

“Kami berharap dengan penurunan suku bunga kredit ritel produktif, sehingga kemampuan bayar nasabah kami akan membaik sebab sebelumnya kredit tersebut di angka 12- 13 persen,” pungkas dia.

 

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Eka