Jakarta, Aktual.com – Militer Myanmar mengumumkan keadaan darurat, Senin (1/2), setelah memberikan pernyataan melakukan penahanan terhadap para pemimpin senior pemerintah, sebagai tanggapan atas dugaan kecurangan selama pemilihan umum tahun lalu.

Sebuah alamat video yang disiarkan di televisi milik militer mengatakan, kekuasaan telah diserahkan kepada Panglima Angkatan Bersenjata, Jenderal Min Aung Hlaing.

Juru bicara Liga Nasional untuk Demokrasi menyebut, pemimpin Myanmar Aung San Suu Kyi dan tokoh senior lainnya dari partai yang berkuasa telah ditahan dalam penggerebekan pada Senin dini hari.

Langkah tersebut  dilakukan, setelah beberapa hari sebelumnya terjadi ketegangan yang meningkat antara pemerintah sipil dan militer yang kuat, yang menimbulkan ketakutan akan kudeta setelah pemilu yang menurut militer curang.

Juru bicara Myo Nyunt mengatakan kepada Reuters melalui telepon, bahwa Suu Kyi, Presiden Win Myint dan para pemimpin lainnya telah ditahan.

“Saya ingin memberitahu orang-orang kami untuk tidak menanggapi dengan gegabah dan saya ingin mereka bertindak sesuai dengan hukum,” katanya.

Seorang juru bicara militer tidak menjawab panggilan telepon untuk dimintai komentar.

Seorang anggota parlemen NLD, yang meminta untuk tidak disebutkan namanya karena takut mengatakan, salah satu dari mereka yang ditahan adalah Han Thar Myint, seorang anggota komite eksekutif pusat partai.

Media pemerintah Myanmar, MRTV juga sempat mengalami masalah teknis dan tidak dapat menyiarkan peristiwa tersebut, hanya beberapa jam setelah NLD mengatakan pemimpin Suu Kyi dan tokoh senior lainnya ditahan.

“Karena kesulitan komunikasi saat ini, kami dengan hormat ingin memberi tahu Anda bahwa program reguler MRTV dan Radio Myanmar tidak dapat disiarkan,” kata Radio dan Televisi Myanmar dalam sebuah posting di halaman Facebook-nya.

Menurut beberapa saksi mata, tentara dikerahkan di luar Balai Kota di kota utama Myanmar, Yangon.

Saksi mata itu menyebut, belasan tentara berada di depan gedung pemerintahan kota, sementara beberapa truk dan van militer berdiri di dekatnya.(RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i