Setelah sekian lama berada di alam mimpi/peraduan (masa penjajahan asing dan aseng), saatnya muncul dan bangkit generasi-generasi baru yang bangun dari alam mimpi. Menciptakan kembali suatu kesadaran nasional yang terorganisir dan tuntas. Untuk membangunkankan mata banyak orang dari alam mimpi.
Ya, benar, membuka mata setelah masa tidur yang panjang. Bahwa untuk menjaga kedaulatan nasional kita harus menjaga pintu serapat mungkin. Bukannya malah sengaja dibuka lebar-lebar, atau bahkan didobraknya sendiri pintu rumah kita.
Jangan sampai kita membuka pintu, yang selama ini tertutup, hanya karena ingin menemukan sebuah jalan, namun ternyata kita menempuh jalan yang keliru.
Ada tempat-tempat tertentu atau “Pintu Larangan” yang tidak boleh dibuka kepada siapapun. Jangankan diobrak-abrik, dibukan pun tak boleh.
“Pantu Larangan” yang saya maksud di sini adalah Kebudayaan Nusantara. Kebudayaan yang merupakan jatidiri kita sebagai bangsa. Inilah sasaran strategis negara manapun yang bermaksud untuk menjajah kita sebagai bangsa, untuk dihancurkan dan dihilangkan jejak-jejak kesejarahannya.
Ketika kebudayaan kita dihancurkan, maka hilanglah kita punya jatidiri. Pulang tak lagi menemukan rumahnya. Namun pergi pun tak tahu ke mana arah tujuannya.
Maka itu, meskipun terkesan mitologis atau bahkan klenik, anjuran agar para calon pemimpin bangsa mengenali kosmologi Barat dan Timur, kiranya masuk dalam rasio atau nalar kita..Belajar dari kesejarahan dua pemimpin nasional kita Sukarno dan Suharto, betapa seorang pemimpin yang punya dorongan kuat untuk memahami dan mengenali kekuatan rahasia kebudayaan nusantara yang aneka ragam namun satu jua adanya itu, maka Tuhan Yang Maha Esa akan mengaruniakan ilham dan inspirasi kepadanya.
Para pemimpin sejati seperti inilah, yang pada perkembangannya kemudian, akan berhasi menemukan jalan takdirnya sebagai pembuka pintu dan penunjuk jalan. Pintu yang benar, dan tentunya juga, jalan yang benar dan tepat.
Inilah kunci rahasia untuk lepas dari penjajahan asing maupun penjajahan bangsa kita sendiri. Lahirnya para pemimpin yang mengenali kekuatan nyata dan tidak kasat mata dari bangsanya sendiri. Baik secara geografis maupun kultural.
Hendrajit, Redaktur Senior Aktual.