Jakarta, Aktual.com — Matahari dan Bulan merupakan dua makhluk Allah SWT yang sangat akrab dalam pandangan. Peredaran dan silih bergantinya yang sangat teratur merupakan ketetapan aturan Allah SWT, Tuhan Semesta Alam.

Allah SWT berfirman,

الشَّمْسُ وَالْقَمَرُ بِحُسْبَانٍ

Artinya, “Matahari dan bulan (beredar) menurut perhitungan.”(Ar Rahman : 5)

“Maka semua yang menakjubkan dan luar biasa pada Matahari dan Bulan menunjukkan akan keagungan dan kebesaran serta kesempurnaan Penciptanya. Oleh karena itu, Allah SWT membantah fenomena penyembahan terhadap Matahari dan Bulan. Yang sangat disayangkan ternyata keyakinan kufur tersebut banyak dianut oleh ‘bangsa-bangsa besar’ di dunia sejak berabad-abad lalu. Seperti di sebagian bangsa Tiongkok, Jepang, Yunani, dan masih banyak lagi,” kata Ustad Syarif Hidayatullah, kepada Aktual.com, di Jakarta, Kamis (03/03).

Allah SWT berfirman,

وَمِنْ آيَاتِهِ اللَّيْلُ وَالنَّهَارُ وَالشَّمْسُ وَالْقَمَرُ لَا تَسْجُدُوا لِلشَّمْسِ وَلَا لِلْقَمَرِ وَاسْجُدُوا لِلَّهِ الَّذِي خَلَقَهُنَّ إِن كُنتُمْ إِيَّاهُ تَعْبُدُونَ

Artinya, “Dan di antara tanda-tanda kekuasaan-Nya ialah malam, siang, matahari dan bulan. Janganlah kaliann sujud (menyembah) matahari maupun bulan, tapi bersujudlah kepada Allah yang menciptakannya, jika memang kalian beribadah hanya kepada-Nya.”(Fushshilat : 37).

Syariat Islam yang diturunkan oleh Allah SWT memberikan bimbingan dan pencerahan terhadap akal-akal manusia yang sempit dan terbatas. Membuktikan bahwa akal para filosof, rohaniawan, para wikan, paranormal dan lain-lain merupakan akal yang keliru dan sesat. Kebenaran dan hidayah hanya ada pada syariat yang dibawa oleh para Nabi dan Rasulullah SAW.

Ustad Syarif menerangkan, banyak masyarakat awam yang tidak paham bagaimana menghadapi fenomena alam tersebut. Banyak di antara mereka yang mengaitkan kejadian alam ini dengan mitos-mitos dan keyakinan khurofat yang menyelisihi akidah yang benar.

Di antaranya, ada yang meyakini bahwa di saat terjadinya gerhana, ada sesosok raksasa besar yang sedang berupaya menelan matahari sehingga wanita yang hamil disuruh bersembunyi di bawah tempat tidur dan masyarakat menumbuk lesung dan alu untuk mengusir raksasa.

Ada juga masyarakat yang meyakini bahwa Bulan dan Matahari adalah sepasang kekasih, sehingga apabila mereka berdekatan maka akan saling memadu kasih sehingga timbullah gerhana sebagai bentuk percintaan mereka.

Sebagian masyarakat seringkali mengaitkan peristiwa gerhana dengan kejadian-kejadian tertentu, seperti adanya kematian atau kelahiran, dan kepercayaan ini dipercaya secara turun temurun sehingga menjadi keyakinan umum masyarakat.

Rasulullah SAW pun membantah keyakinan orang Arab tadi. Dari ‘Aisyah radhiyallahu ‘anha, Rasulullah SAW bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللَّهِ ، لاَ يَنْخَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ ذَلِكَ فَادْعُوا اللَّهَ وَكَبِّرُوا ، وَصَلُّوا وَتَصَدَّقُوا

Artinya, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua tanda di antara tanda-tanda kekuasaan Allah. Gerhana ini tidak terjadi karena kematian seseorang atau lahirnya seseorang. Jika melihat gerhana tersebut, maka berdo’alah kepada Allah, bertakbirlah, kerjakanlah salat dan bersedekahlah.”(HR. Bukhari).

Memang pada saat terjadinya gerhana matahari, bertepatan dengan meninggalnya anak Rasulullah SAW yang bernama Ibrahim. Dari Al Mughiroh bin Syu’bah, beliau berkata,

كَسَفَتِ الشَّمْسُ عَلَى عَهْدِ رَسُولِ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – يَوْمَ مَاتَ إِبْرَاهِيمُ ، فَقَالَ النَّاسُ كَسَفَتِ الشَّمْسُ لِمَوْتِ إِبْرَاهِيمَ . فَقَالَ رَسُولُ اللَّهِ – صلى الله عليه وسلم – « إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ وَلاَ لِحَيَاتِهِ ، فَإِذَا رَأَيْتُمْ فَصَلُّوا وَادْعُوا اللَّهَ »

Artinya, “Di masa Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam pernah terjadi gerhana matahari ketika hari kematian Ibrahim. Kemudian orang-orang mengatakan bahwa munculnya gerhana ini karena kematian Ibrahim. Lantas Rasulullah shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda, ‘Sesungguhnya gerhana matahari dan bulan tidak terjadi karena kematian atau lahirnya seseorang. Jika kalian melihat gerhana tersebut, maka salat dan berdo’alah.”(HR. Bukhari)

Ibrahim adalah anak dari budak Rasulullah SAW yang bernama Mariyah Al Qibthiyyah Al Mishriyyah. Ibrahim hidup selama 18 bulan. Rasulullah SAW tidak memiliki anak kecuali dari Khadijah dan budak ini. Tatkala Ibrahim meninggal, Rasulullah SAW meneteskan air mata dan begitu sedih. Rasulullah SAW pun mengatakan ketika kematian anaknya ini,

إِنَّ الْعَيْنَ تَدْمَعُ ، وَالْقَلْبَ يَحْزَنُ ، وَلاَ نَقُولُ إِلاَّ مَا يَرْضَى رَبُّنَا ، وَإِنَّا بِفِرَاقِكَ يَا إِبْرَاهِيمُ لَمَحْزُونُونَ

Artinya, “Air mata ini mengalir dan hati ini bersedih. Kami tidak mengatakan kecuali yang diridhoi Allah. Sungguh wahai Ibrahim karena kepergianmu ini, kami bersedih.”(HR. Bukhari)

Dari sahabat al-Mughirah bin Syu’bah, bahwa Nabi Shallallahu ’alaihi wa sallam bersabda,

إِنَّ الشَّمْسَ وَالْقَمَرَ آيَتَانِ مِنْ آيَاتِ اللهِ لاَ يَنْكَسِفَانِ لِمَوْتِ أَحَدٍ, وَلاَ لَحِيَاتِهِ, فَإِذَا رَأَيْتُمُو هُمَا فَادْ عُوا اللهَ وَصَلُّوا حَتَّى تَنْكَشِفَ

Artinya, “Sesungguhnya matahari dan bulan adalah dua ayat (tanda) di antara ayat-ayat Allah. Tidaklah terjadi gerhana matahari dan bulan karena kematian seseorang atau karena hidup (lahirnya) seseorang. Apabila kalian melihat (gerhana) matahari dan bulan, maka berdoalah kepada Allah dan sholatlah hingga tersingkap kembali.”(HR. Al-Bukhari dan Muslim)

Hadis Baginda Rasulullah SAW di atas menunjukkan kepada Muslim bahwa gerhana bukanlah sekedar fenomena alam biasa. Gerhana merupakan fenomena alam yang memang Allah SWT kehendaki sebagai salah satu ayat (tanda) kebesaran-Nya. Hadis di atas memberikan pelajaran dan tuntunan kepada kaum Mukminin terkait gerhana sebagai berikut.

“Gerhana adalah Allah SWT menjadikannya sebagai peringatan agar hamba-hamba-Nya takut kepada-Nya. Maka tatkala terjadi gerhana hendaklah umat manusia segera ingat kepada Allah SWT dan segera menyadari bahwa Allah SWT sedang mengingatkan kelalaian mereka dengan ancaman adzab-Nya. Dari sini, jelaslah bagi kita kesalahan kebanyakan kebanyakan orang yang justru menjadikan fenomena gerhana tersebut sebagai hiburan bagi mereka,” ujar ia menutup pembicaraan.

 

Artikel ini ditulis oleh: