Beijing, Aktual.com – Pemerintah China dibuat meradang oleh laporan tahunan Departemen Pertahanan Amerika Serikat kepada kongres.

Pasalnya di laporan yang dirilis Jumat (13/5) pekan lalu itu, militer China disebut diduga telah meningkatkan prasarana militer. Termasuk sistem komunikasi dan pengawasan pulau buatan di Laut China Selatan tahun ini.

Aksi saling tuding pun terjadi. Washington menuduh Beijing melakukan militerisasi Laut China Selatan. Sebaliknya Beijing balik mengkritik peningkatan patroli Angkatan Laut AS dan latihan di Asia.

Dalam pernyataannya, Pemerintah China menuding Paman Sam sengaja memutarbalikkan kenyataan yang sangat mencederai rasa saling percaya.

Dilansir dari kantor berita Xinhua, Juru bicara Kementerian Pertahanan China, Yang Yu-jun, menyatakan ketidakpuasan mendalam dan menentang keras laporan Pentagon. Serta menyatakan hal itu sangat mencederai rasa saling percaya.

Selain menyebut laporan itu tidak jelas, dia juga anggap laporan tersebut bisa memicu ancaman militer China. Juga memutarbalikkan fakta atas kebijakan militer China dan tidak adil dalam menggambarkan kegiatan militer mereka di Laut China Selatan dan Timur. “China sudah mengikuti kebijakan militer internasional sesuai asas pertahanan,” klaim Yang.

Sambung dia, militer China membangun dan melakukan reformasi yang bertujuan untuk mempertahankan kedaulatan, keamanan, integritas wilayah, dan menjamin terciptanya perdamaian China.

Yang balik menyoroti sikap AS yang selalu curiga dan memicu ketegangan kekuatan militer. “Dengan sering kali mengirimkan pesawat militer dan kapal perang ke kawasan (Laut China Selatan) itu,” kata Yang.

Meskipun AS memakai alasan kebebasan bernavigasi dan mengekang perdamaian, namun aksi AS tetap meningkatkan militerisasi di Laut China Selatan. “Dengan niat untuk mengerahkan hegemoni,” ujar Yang.

Dalam laporannya, Pentagon menyatakan rencana peningkatan prasarana militer akan menjadikan China dalam jangka panjang memiliki basis sipil-militer di perairan yang disengketakan itu.

Laporan tersebut menduga reklamasi China di kawasan itu telah menambah lebih dari 1.300 hektare luas lahan di empat lokasi yang ditempatinya di Kepulauan Spratly dalam dua tahun.

Disebutkan juga bahwa China telah menyelesaikan upaya reklamasi terbesar di bulan Oktober. Mengubah perhatian pada pembangunan infrastruktur, termasuk membangun 3.000 meter landasan udara yang bisa didarati sejumlah jet tempur canggih.

Laporan itu sekaligus memperbarui tuduhan terhadap pemerinah dan militer China atas serangan siber terhadap sistem komputer pemerintah China. Tuduhan yang kemudian dibantah China. Sedangkan Pentagon menyatakan bahwa serangan di tahun 2015 itu menunjukkan perhatian terhadap pengumpulan data intelijen.

Laporan Pentagon itu sendiri dikeluarkan di saat tengah menegangnya kawasan Laut China Selatan, antara negara tirai bambu dengan negara-negara lain di Asia.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara