ISIS mengambil alih kendali atas Sirte pada awal 2015, mengubahnya menjadi markas terpentingnya di luar Timur Tengah dan menarik banyak petempur asing ke kota itu. Kelompok tersebut memberlakukan aturan garis keras terhadap penduduk setempat dan memperluas kekuasaan hingga sekitar 250 kilometer garis pantai tengah Libya.

Namun, mereka berusaha keras untuk menjaga pijakannya di kawasan lain di Libya dan dipaksa keluar dari Sirte pada Desember lalu setelah dilancarkannya serangan selama enam bulan yang dipimpin oleh brigade dari kota Misrata dan didukung oleh serangan udara AS.

Gerilyawan ISIS berpindah ke daerah lembah gurun pasir dan pedalaman di tenggara Tripoli saat berusaha memanfaatkan perpecahan politik Libya setelah kekalahan mereka di Sirte.