Jakarta, Aktual.co — Mahasiswa asing asal Kamboja, Dim Sopheaktra, yang sedang menempuh studi di Universitas Surabaya (Ubaya), mengaku kesulitan belajar tarian tradisional Indonesia.
“Saya baru pertama kali belajar tarian. Sudah empat kali latihan, tapi saya masih belum bisa juga. Kesulitannya ada pada gerakan dan ekspresi,” kata penerima beasiswa Darmasiswa selama setahun itu saat ditemui di kampus Ubaya, Rabu (29/10).
Dim Sopheaktra merupakan salah seorang dari 12 penerima beasiswa Darmasiswa untuk belajar Bahasa dan Budaya Indonesia di Ubaya. Ada yang belajar selama enam bulan, tapi ada pula yang belajar sampai setahun.
Belasan mahasiswa penerima beasiswa dari pemerintah Indonesia itu diperkenalkan budaya Indonesia, di antaranya tarian tradisional. Selama di Ubaya, mereka belajar menari tarian tradisional setiap minggu.
Eka Sri Lestari selaku pengajar Unit Kegiatan Mahasiswa (UKM) Tari di Ubaya sekaligus pengajar tari bagi mahasiswa-mahasiswa asing itu, menjelaskan mereka selalu belajar tarian yang berbeda dalam setiap program.
“Tahun lalu, kami belajar tari Bang-bang Wetan dan kali ini belajar tari Koko,” katanya.
Tari Koko merupakan tarian kreasi asal Jawa Timur berdurasi tujuh menit yang memiliki makna persembahan manusia kepada bumi.
“Tarian ini mengajak kita untuk mempersembahkan yang terbaik pada bumi, misalnya dengan cara memanfaatkan hasil bumi dengan sebaik-baiknya, termasuk tidak merusak lingkungan dan kekayaan alam kita,” ujar Eka.
Menurut dia, program belajar tarian tradisional yang sudah berjalan satu bulan ini memang menjadi proses yang unik.
“Mereka sebelumnya memang belum pernah belajar menari tradisional, jadi ya masih kaku dan harus terus dilatih agar bisa luwes,” katanya.
Antusias Meski demikian, para mahasiswa asing ini begitu antusias dalam mempelajari tarian ini. Mereka juga tak segan bertanya kepada Eka mengenai budaya-budaya di Indonesia selain tarian.
“Melalui program belajar budaya ini, para mahasiswa asing akan mengetahui dan mengalami sendiri menari tarian tradisional. Mereka akan merasakan secara langsung atau tidak hanya tahu dari buku, internet, maupun kata orang,” kata Manajer Kerjasama Kelembagaan Luar Negeri Ubaya, Adi Teja Kusuma, B.Bus M.Com.
Ke depan, Ubaya berharap para mahasiswa asing ini tidak hanya belajar menari, namun juga bisa mempersembahkan tarian ini dalam acara-acara Ubaya mendatang.
“Dengan demikian, ada kesan yang mendalam dari mahasiswa Darmasiswa ketika kembali ke negaranya masing-masing tentang budaya Indonesia yang dipelajarinya,” katanya.
Ke-12 mahasiswa asing itu meliputi 10 mahasiswa penerima beasiswa Darmasiswa selama setahun dan sisanya hanya enam bulan.
Penerima beasiswa Darmasiswa selama setahun adalah Dim Sopheaktra (Kamboja), Rakotoarimalala Patricia (Madagaskar), Zhang Kaili (Tiongkok), Qin Zhaoyang (Tiongkok), Liang Rui (Tiongkok), dan Bae Ji Su (Korea Selatan).
Selain itu, Viktor Galos (Hungaria), Tsukioka Minami (Jepang), Michaela Fedakova (Slovakia), dan Daniel Krausse (Jerman). Untuk dua penerima beasiswa Darmasiswa selama enam bulan adalah Lee Hyun Jung (Korea Selatan) dan Flora Tothova (Slovakia).

Artikel ini ditulis oleh: