Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano
Maulana Syekh Yusri Rusydi Jabr Al Hasani dalam acara pembacaan kitab amin al-I'lam bi anna attasawwuf min syariat al-islam karangan syekh Abdullah Siddiq al-Ghumari di Majelis Zawiyah Arraudah, Tebet, Jakarta Selatan, Sabtu (28/1/2017). AKTUAL/Tino Oktaviano

Kairo, Aktual.com – Ada yang mengetahui kalimat Madad atau ghaust? mungkin di tempat kita tinggal khususnya Indonesia, kalimat tersebut jarang bahkan hampir tidak pernah terdengar. Namun kata-kata tersebut kerap terdengar di daerah Arab bahkan kalimat tersebut juga kerap diucapkan seperti “madad ya Rasulallah” atau “agistni ya Rasulallah”.

Berikut ini penjelasan Maulana Syekh Yusri mengenai makna dari kalimat tersebut. Madad artinya tolonglah aku dan ghaust juga sama artinya, yang intinya adalam meminta pertologan. Karena beliau seorang dokter ahli bedah sehingga sering kali pasien yang datang dan berkata kepada beliau “wahai dokter tolonglah aku atau sembuhkanlah aku”.

Beliau menambahkan bolehlah kita meminta pertolongan kepada orang lain, sebagaimana al Quran telah menganjurkannya. Allah berfirman

“ وَتَعَاوَنُوا عَلَى البِرٍ وَالتَّقْوَى ”

Artinya “ dan saling tolong menolonglah kalian dalam kebaikan “( QS. Al Maidah : 2).

Nabi juga bersabda:
وَاللهَ فِي عَوْنِ الْعَبْدِ مَادَام الْعَبْدُ فِي عَوْنِ أَخِيْهِ

Artinya” Allah akan menolong sesorang hamba selama hamba tersebut menolong sesamanya”(HR. Muslim ).

Jadi meminta pertolongan kepada seseorang adalah hukumnya boleh menurut syariat, dan bukanlah sebuah kemusyrikan. Sambung Maulana dalam penjelasannya. Allah juga berfirman:
وَاسْأَلُوْا اللهَ مِنْ فَضْلِهِ”

Artinya: “ mohonlah kepada Allah dari segala keutamaanNya”( QS. An Nisa : 32 ).

Syekh Yusri menjelaskan bahwa diantara keutamaan Allah terhadap manusia dijadikannya manusia ini berbeda-beda derajat dan tingkatanya, dari segi ketaatan kesalehan dan kedekatannya kepada Sang Pencipta.

Dicontohkan ketika kamu pergi ke seorang guru, maka kamu akan mendapatkan sebuah madam yang berupa ilmu, baik dengan cara bertanya atau bahkan hanya dengan berrgaulan dengannya, sebagaimana dengan duduk dan mendengarkan penjelasannya.
Dan juga ketika kamu pergi ke dotker berobat untuk menyembuhkan sakit, kemudian sang dokter mengobati dan memberikan resep untukmu. Semua ini adalah termasuk madad.
Adapun hadis yang berbunyi

“وَإِذَا سَأَلْتَ فَأسْأَلِ الله”

Artinya: “jika kamu meminta maka mintalah kepada Allah”( HR. Turmudzi ), beliau menegaskan, bahwa yang dimaksud adalah dengan berdoa dan berkeyakinan bahwa pada hakikatnya Allah lah yang maha memberi.

Adapun lisan dan perbuatan kita boleh meminta pertolongan kepada seseorang, sebagai bentuk hukum sebab akibat di dunia ini, dan bukanlah hal syirik. Sebagaiman mana ketika kamu berkata kepada seorang doker “sembukan aku dokter” atau kepada polisi “tolong saya pak”.

Memohonlah kepada Allah dengan keyakinan bahwa Allah yang akan memberi pertolongan, dan meminta kepada hamba hanya secara lisan sebagai hukum sebab akibat, sedangkan hati tetap meyakini bahwa madad atau pertolongan yang akan datang hanyalah dari Allah melalui hamba-hambaNya.

Beliau melanjutkan bahwa madad yang Allah berikan adalah melalui ruh bukanlah jasad, karena sejatinya yang menggerakan jasad itu adalah ruh. Sehingga sebagaimana kita meminta madad kepada seorang yang masih hidup begitu pula kita memintanya kepada seorang yang sudah meniggal dari para wali Allah dan orang solih, karena sesungguhnya ruh itu adalah kekal, dan yang mati hanyalah jasad saja.

Maka dari itu kita sering lihat orang berziarah ke makam para wali Allah dan orang solih, yaitu untuk berdo’a kepada Allah dan meminta pertolongan dari para wali Nya, selain tempat ini adalah penuh dengan keberkahan. Ruh mereka hidup di alam kuburnya. Allah berfirman:

“ لَهُمْ مَا يَشَاءُوْنَ عِنْدَ رَبِّهِمْ”

Artinya “bagi mereka apa yang mereka inginkan disisi Tuhannya” (QS. Az Zumar : 34).

Sebagimana Nabi Zakariya yang berdoa ditempat ibadahnya Sayyidah Maryam, karena keyakinan beliau bahwa tempat tersebut tempat yang mustajab penuh keberkahan. Padahal beliau seorang nabi sedangkan Sayyidah Maryam seorang siddiqoh, dimana derajat nabi lebih tinggi dari siddiqoh.

Begitu pula kalimat Madad ya Rasulallah boleh secara syari’at, karena nabi yang meninggal hanyalah jasadnya saja, sedangkan ruh beliau masih ada dan masih memberikan madad sampai saat ini pada ummatnya. Bukankah kita dalam shalat saat tasyahhud selalu berkata “ السَّلَامُ عَلَيْكَ يَا رَسُوْلَ الله” yang artinya: semoga segala keselamatan selalu tercurahkan kepada engkau wahai rasulullah.

Semua ummat nabi ketika shalat berkata itu, menggunakan kata “engkau” dan bukan menggunakan kata “dia” yang seakan- akan sedang berkomusikasi langsung kepada nabi, karena memang secara kenyataannya ruh nabi masih ada dan hadir setiap shalawat yang dibaca oleh ummatnya sebagaimana dijelaskan dalam hadits-haditsnya.

Ruh itu adalah makhluk Allah, dan senantiasa butuh kepada yang penciptanya. Sehingga Allah pun masih memberikan madad kepadanya. Maka tidak ada keraguan lagi bahwasanya Allah memberikan rizki lebih kepada para kekasihnya. Nabi Muhammad memberikan madadnya kepada kita melalui para pewarisnya, yaitu mereka para wali Allah dan orang-orang solih dari ummatnya.

Laporan: Abdullah alYusriy

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Andy Abdul Hamid