Allah menghendaki agar kita menjadi Abdul Mun’im (hamba Dzat yang memberi ni’mat) bukan Abdunni’mah (hamba dari ni’mat itu sendiri), menjadi Abdul Mubli (Dzat yang memberi coba) bukan Abdul bala (hamba dari cobaan itu sendiri). Sehingg kita benar-benar menjadi hamba Allah yang hakiki.

Allah mencobanya dengan sesuatu yang membuatnya bersedih atas sesuatu yang telah menimpanya ataupun kegelisahan yang dikhawatirkannya, segala kesengsaraan yang menimpanya, hingga sesuatu sekecil apapun yang melukainya, Allah dengan segala fadzalnya jadikan sebagain penghapus dosa umat baginda Nabi SAW.

Apabila kita melihat hadits di atas, segala hal sekecil apapun yang Allah tuliskan untuk menimpa seorang hamba mukmin yang membuatnya bersedih, maka semuanya akan menghapuskan kesalahannya, tambah Syekh Yusri.

Maka beruntunglah bagi mereka yang memahami makna ini dan bersabar serta menerima ta’arrufat ilahiyyah (pengenalan Tuhan terhadap hambaNya) melalui qodho dan qodar yang telah Allah tuliskan untuknya.

Hal ini sebagaimana sabda baginda Nabi SAW:

“مَنْ يُرِدِ اللَّهُ بِهِ خَيْرًا يُصِبْ مِنْهُ”

Artinya: “Barang siapa yang Allah kehendaki baik untuknya, maka Allah akan memberikan cobaan untuknya “(HR. Bukhari).
Sesungguhnya kebaikan ini adalah dengan dirinya kembali kepada Allah dan memanggil ya Robb, tambah Syekh Yusri. Maka ridhalah terhadap semua yang telah Allah tuliskan untukmu, karena sesungguhnya Allah telah menjadikan kebaikan untukmu dalam segala sesuatu.

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid