Jakarta, Aktual.com — Malam tiba, Bali gelap gulita. Ya, warga di Pulau Bali tengah merayakan Nyepi. Nyepi yang juga merupakan perayaan Tahun Baru Caka 1938 berjalan khidmat.

Tak ada aktivitas kendaraan. Tak ada lalu lalang manusia. Bandara, pelabuhan dan tol ditutup total. Tak ada pula penerangan atau warga yang menyalakan lampu.

Jaringan televisi nasional hingga televisi berbayar diputus sementara. Hal itu untuk menambah kekhusyukan Tapa Brata Penyepian.

Seperti dituturkan tokoh muda Hindu di Denpasar, Jro Paksi, tujuan utama hari raya Nyepi adalah memohon ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa untuk menyucikan Bhuana Alit (alam manusia/microcosmos) dan Bhuana Agung/macrocosmos (alam semesta).

Pada hari ini umat Hindu melaksanakan Catur Brata Penyepian yang terdiri dari amati geni (tiada berapi-api/tidak menggunakan dan atau menghidupkan api/lampu), amati karya (tidak bekerja), amati lelungan (tidak bepergian), dan amati lelanguan (tidak mendengarkan hiburan).

“Bagi yang mampu juga melaksanakan tapa, brata, yoga dan semadhi,” kata dia, Rabu (9/3).

Pantauan di lapangan, hanya pecalang (petugas keamanan adat) yang berpatroli mengamati desa mereka. Jika ada nyala api atau lampu, sudah barang tentu mereka akan memberi teguran.

Di tengah situasi gelap, hanya suara lolongan anjing bersahut-sahutan. Sesekali terdengar suara anak kecil menangis. Nyepi dimulai sejak pagi tadi, Rabu 9 Maret 2016 pukul 06.00 WITA dan akan berakhir pukul 06.00 WITA pada Kamis besok, 10 Maret 2016.

Artikel ini ditulis oleh: