Jakarta, Aktual.com — Dalam sejarah Islam, anjuran puasa (shaum) sunah Arafah ini muncul di masa generasi awal Sahabat Ridwanullah Ta’ala ‘Anhum yang memiliki semangat kuat dan membara untuk berlomba dalam hal kebaikan.
Para sahabat yang tidak mampu berangkat Haji dan ingin mengetahui apakah mereka juga bisa mendapatkan pahala yang sama dengan manusia yang berkesempatan melakukan ibadah Haji dan Wukuf di Padang Arafah. Maka jawaban Nabi Muhammad SAW yaitu, menganjurkan untuk melakukan puasa Arafah
Puasa Arafah dilakukan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Puasa ini memiliki keutamaan yang semestinya tidak ditinggalkan seorang Muslim. Puasa ini dilaksanakan bagi kaum Muslimin yang tidak melaksanakan ibadah Haji.
Imam Muslim (w. 261 H) meriwayatkan sebuah Hadis di dalam kitab ‘Shahih Muslim’, dari Abu Qatadah, Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda “Puasa ‘Arafah (9 Dzulhijjah) dapat menghapuskan dosa setahun yang lalu dan setahun akan datang. Puasa Asyuro (10 Muharram) akan menghapuskan dosa setahun yang lalu.” (H.R. Muslim).
Dalam pelaksanaannya sama saja dengan puasa-puasa lainnya, yaitu menahan hawa nafsu, tidak makan dan minum. Yang membedakan dari puasa tersebut yakni pada niatnya. Adapun niat puasa Arafah adalah “Nawaitu sauma Arafah Sunnatan Lillahi Ta’ala. ”
Adapun keutamaan dalam puasa Arafah menurut beberapa Hadis, diantaranya bisa menghapus dosa dua tahun ( satu tahun lalu dan satu tahun yang akan datang).
Al-Imam An-Nawawi Rahimahullah ketika menjelaskan perkara tersebut, beliau mengatakan, “Adapun hukum puasa ‘Arafah menurut Al-Imam Asy-Syafi’I (w.204 H) dan Ulama Madzhab Syafi’iyyah adalah disunnahkan puasa Arafah bagi yang tidak berwukuf di Arafah.
Sedangkan, orang yang sedang berhaji dan saat itu berada di Arafah menurut beliau disunahkan bagi mereka untuk tidak berpuasa, sejalan dengan pendapat para Ulama Syafi’iyyah berdasarkan Hadis dari Ummul Fadhl yang berbunyi “Dari Ummul Fadhl binti Al Harits, bahwa orang-orang berbantahan di dekatnya pada hari Arafah tentang puasa Nabi shallallahu ‘alaihi wa sallam. Sebagian mereka mengatakan, ‘Beliau berpuasa.”
Sebagian lainnya mengatakan, “Beliau tidak berpuasa.” Maka Ummul Fadhl mengirimkan semangkok susu kepada beliau, ketika beliau sedang berhenti di atas unta beliau, maka beliau meminumnya.” (H.R. Bukhari dan Muslim).
Salah satu rahmat, hidayah serta karunia Allah SWT pada hari “Arafah adalah bahwa seseorang yang melaksanakan puasa pada hari ini, Allah SWT akan mengampuni serta menjaganya dari dosa setahun yang lalu dan yang akan datang, maka sudah sekiranya kita berupaya untuk berpuasa dihari Arafah.” Wallahu Alam Bishowab.
Artikel ini ditulis oleh: