Jakarta, Aktual.co — Canggihnya teknologi menjadikan manusia asyik dengan gadget dan dirinya sendiri. Mungkin sebagian dari Anda pernah mendengar tentang “Together but Alone”. Fenomena ini makin meningkat di keluarga seluruh dunia, tidak terkecuali di Indonesia. 
“Together but Alone” yaitu kondisi dimana sedang berkumpul dengan keluarga besar, ramai, tetapi kita asyik dengan kesibukan kita masing-masing seperti asik dengan ponsel atau gadgetnya. Itu adalah salah satu contoh yang paling banyak ditemui saat ini. Ada pula yang merasa tidak ada kedekatan atau kesamaan dalam emosional jika sedang berkumpul bersama keluarga. Ia memang ikut berkumpul bersama keluarga disekitarnya, tetapi secara emosional dan jiwa ia tidak ada rasa keterikatan dalam keluarga.
Jika itu terjadi, peran ibu lah yang seharusnya mulai bertindak. Ibu merupakan orang pertama yang lebih mengetahui apa yang dirasakan sang anak. Dengan cara mendekatinya dan menjadi pendengar yang baik lah kita sebagai ibu bisa mengetahui apa yang salah terhadap anak kita saat itu. 
Karena ibu mempunyai 5 peranan penting yaitu :1. Ibu sebagai “jantungnya” rumah2. Ibu sebagai “cahaya” dalam pembelajaran3. Ibu sebagai “guru sekaligus pembelajar”4. Ibu sebagai “sumber kreativitas”5. Ibu sebagai “koordinator” dalam kehidupan rumah tangga.
Kelima peranan tersebut sudah jelas yaitu peranan penting dalam sebuah keluarganya. Ibu sebagai penopang hubungan antara hubungan anak dengan sang Ayah, hubungan anak dengan saudara yang lainnya, hingga menghindari fenomenal Together But Alone tersebut.
Bagaiman jika sang anak selalu mengeluh terhadap ibunya yang selalu memarahinya?Fenomenal ini begitu banyak dialami hampir seluruh ibu di dunia. Sang anak selalu protes akan sikap sang ibu yang mungkin sering memarahi sang anak. Keduanya memiliki alasan yang jelas, sang ibu tidak mungkin memarahi anaknya jika tak ada alasan selain sang anak bandel.
Begitupun sang anak, ia tidak mungkin kesal terhadap omelan sang ibu jika ia memiliki alasan yang kuat untuk didengar terlebih dahulu. Anak adalah manusia biasa, ia pasti akan melakukan kesalahan, disinilah peranan ibu dibutuhkan olehnya.
“Ibu harus bisa meluangkan waktunya kepada anak, untuk mendengarkan ceritanya dan apa saja yang ia alami dalam sehari. Luangkanlah waktu walau hanya beberapa menit untuk mendengarkannya,” ungkap Efnie indrianie, M.Psi., Psikolog Anak, dalam acara “Ayiknya Bersama”, di Jakarta, Rabu (15/10). 
Ia melanjutkan, jadilah pendengar yang baik, walaupun mungkin kita sebagai ibu akan ada rasa kesal kepada anak jika kita tahu bahwa anak telah melakukan kesalahan. 
Boleh kesal, tapi sebelumnya kita sebagai ibu tetaplah pada posisinya, menjadi pendengar yang baik, lalu setelah itu barulah kita memberitahunya bahwa apa yang ia lakukan salah. 
Karena dalam masa pertumbuhannya anak akan mendengarkan orang terdekat yaitu ibu, jika ia sudah ada rasa kenyamanan untuk menceritakan keluh kesahnya, kemungkinan besar ia pun akan menuruti dan mengingat perkataan ibunya, yang mau mendengar dan menasehatinya. 
“Jika kita malah berbalik marah dan malah menekannya, anak akan semakin memendam kekesalan atau keluh kesahnya, dan dikhawatirkan menjadi anak yang terdidik dengan kebohongaan atau mencari jalan keluar negatif yang dikahawatirkan,” jelas Efnie.
Memang, dalam mendidik anak, ibu memiliki cara terbaiknya dalam hal mendidik anak-anaknya. Namun, tetaplah menjadi ibu yang senantiasa menjadi penopang keluarga, tempat anak-anaknya untuk berkeluh kesah dan meminta pendapat, agar ia tak merasa sendiri di lingkungan keluarganya. 
Yang paling utama, jadilah teman bagi anak-anak, dengan begitu, akan memudahkan ibu dalam mendidik dan mengarahkan anak-anak dengan baik.