Data menyebutkan pengendalian penyakit itu di Indonesia, cukup berhasil menurunkan prevalensi infeksi pada manusia. Di Dataran Lindu, Napu, dan Bada misalnya, prevalensi infeksi pada 1973 sekitar 72 persen, turun menjadi 1,08 persen pada 2006.

Hasil penelitian Triwibowo dan kawan-kawan yang dimuat di jurnal Parasitology International berjudul “Schistosomiasis in Indonesia: Past and Present” (2008), memaparkan walaupun penyebaran penyakit itu terbatas pada daerah endemis, pemberantasannya tetap menemui kesulitan, terutama dalam hal perilaku preventif masyarakat yang kurang dan sulitnya memberantas keong perantara di taman nasional.

Sebenarnya, dengan memahami keong yang suka daerah lembab, penanganan secara alami bisa dilakukan dengan mengeringkan habitatnya.[ant]

Artikel ini ditulis oleh:

Andy Abdul Hamid