Jakarta, Aktual.com – Pernyataan ‘kontroversial’ Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri saat mempertanyakan sumbangsih milenial kepada bangsa dan negara, terus mendapat respons masyarakat.

Direktur Visi Indonesia Strategis, Abdul Hamid menilai pernyataan Presiden RI ke-5 ini merupakan bagian dari ‘penyakit’ utama kaum baby bomber atau bahasa anak muda disebut kaum old school, yang selalu romantisme seolah generasinya yang paling baik. Kelompok ini selalu mengukur prestasi dengan simbolis, seperti khusyuk saat menyanyikan Indonesia Raya, mengheningkan cipta dan lain-lain, sementara kelompok millenial jauh lebih esensialis.

“Saya kira Megawati gagal memahami tentang apa dan bagaimana kaum millenial serta tidak tahu tentang peran dan sumbangsih terhadap negara yang kekinian. Padahal dalam kabinet Jokowi saja ada Mas Menteri Nadiem dari kaum millenial,” ujar Cak Hamid – sapaan akrabnya.

Ia menilai Nadiem telah membuktikan sumbangsih buat negeri dengan membangun Gojek sebagai perusahaan unicorn yang memfasilitasi jutaan orang untuk ngojek, serta menghidupi puluhan bahkan ratusan ribu UMKM lewat Gofood-nya.

Itu satu contoh, sementara contoh-contoh lainnya luar biasa banyaknya, bagaimana kaum millenial membuat harum bangsa Indonesia lewat kiprah-kiprah mereka.

“Jadi menurut saya agak aneh jika tokoh sekelas Megawati pempersoalkan kiprah anak muda, apalagi hanya berdasar karena adanya aksi-aksi memprotes Omnibus Law misalnya? Saya kita itu sangat naif sekali,” tandas Cak Hamid. (RRI)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Warto'i