Peringatan Sumpah Pemuda ke-87 pada 28 Oktober 015 menjadi momentum bagi seluruh elemen bangsa untuk mengenang kembali tekad pemuda Indonesia yang mengikrarkan komitmen persatuan dan kesatuan Indonesia.

Jakarta, Aktual.com – Tepat pada 28 Oktober 2017, kita memperingati Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928. Rapat pemuda-mahasiswa di jalan Kramat Raya 108, Jakarta-Pusat waktu itu, rata-rata masih berumur antara 22-23 tahun.

Mohammad Yamin waktu itu berumur 24 tahun, tapi sudah lulus Sekolah Tinggi Hukum, boleh dibilang sudah termasuk senior alias sesepuh di kalangan pemuda-mahasiswa.

Sedangkan Bung Karno, salah satu mentor mereka-mereka, baru berumur 27 tahun, tapi sudah merasa malu hati ikutan adik-adiknya yang lima tahunan lebih muda. Jadi lebih baik memberikan arahan dan masukan dari kota Bandung. Padahal untuk ukuran sekarang, umur 27 tahun pun masih sangat-sangat muda.

Tapi anak-anak muda tersebut justru meletakkan batu pertama berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) pada 15 tahun kemudian. Bahkan, 75 persen yang hadir dalam Rapat Badan Penyelidik Usaha-Usaha Persiapan Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) adalah Pemuda.

Sekarang, untuk menyatukan visi-misi BEM seluruh Indonesia saja susahnya minta ampun. Bedanya dulu sama sekarang, sederhana. Dulu tidak ada yang namanya kepentingan kalau bergabung dalam pergerakan kemerdekaan nasional. Jadi, ketika para pemuda-mahasiswa yang beraneka ragam ideologi dan kerangka pemikiran, secara politik mudah untuk dicarikan titik-temunya. Karena tidak ada aroma kepentingan.

Akibat semua elemen pergerakan pemuda-mahasiswa bertumpu pada visi-misi dan strategi, maka ketika terjadi perbedaan pandangan dan paham politik, tetap saja jiwanya bersih dan tulus. Cara pandang dan moralitas kebangsaannya tetap saja sama. Sama-sama sepakat bahwa kita di hidup di alam penjajahan asing.

Sama-sama sepakat bahwa kita kita hidup dalam sebuah sistem, dimana diri kita sebagai entitas kebangsaan, sebenarnya berada di luar pemetaan sosial-politik dan sosial-budaya negara penjajah. Sehingga solusinya, kita semua harus merdeka.

Sama-sama sepakat, bahwa semua daerah yang dikuasai dan dijajah Belanda, harus menjalin suatu kerjasama strategis mengusir Belanda sebagai penjajah. Atau setidaknya, menyatakan dan menegaskan diri adanya sebuah ikatan bersama yang bersifat langgeng, dari semua daerah-daerah yang berada dalam jajahan Belanda.

Sama-sama sepakat, bahwa semua wilayah geografis yang berada dalam penjajahan dan kontrol penjajah, Belanda berarti masyarakatnya punya satu derita yang sama, dan sama-sama jadi warga negara jajahan.

Alhasil, solusinya adalah SUMPAH PEMUDA 28 Oktober 1928. Soal bagaimana negara dan bangsa Indonesia dibangun atas dasar bentuk yang seperti apa, di situ memang terjadi perbedaan pandangan yang cukup sengit. Nyatanya, kesepakatan tercapai menyusul diproklamirkannya kemerdekaan Indonesia pada 17 Agustus 1945.

Ditulis Oleh: Hendrajit