Jakarta, Aktual.com – Menteri Agama Lukman Hakim Saifudin mengatakan sosok ulama seperti pendiri perguruan Islam Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri kian langka dijumpai belakangan ini.

“Beliau tidak sekadar alim dalam ilmu-ilmu keislaman, melainkan juga seorang yang organisatoris yang mumpuni,” kata Lukman pada peringatan hari wafat (Haul) ke 48 tahun pendiri Alkhairaat Habib Idrus bin Salim Aljufri di Palu, Minggu.

Haul kali ini diperkirakan dihadiri sekitar 30 ribu orang dari berbagai pelosok nusantara.

Dari 15.000 kursi yang dipersiapkan panitia, semua terisi penuh bahkan masih banyak tamu yang berdiri di dalam dan di luar tenda, sebagian mengisi masjid dan teras-teras pertokoan di sekitar area pelaksanaan Haul tersebut.

Menteri Agama mengatakan salah satu karya gemilang yang ditinggalkan Guru Tua, panggilan akrab Habib Idrus adalah Alkhairaat.

Menurut Lukman, walaupun mungkin Guru Tua tidak meninggalkan buku atau kitab sebagai karya intelektualnya, namun sesungguhnya jutaan orang telah berhasil menjadi orang-orang sukses karena sentuhan tangan Guru Tua melalui Alkhairaat.

“Tak sedikit orang yang dididik melalui lembaga Alkhairaat sehingga tampil menjadi pribadi yang saleh dan saleha,” katanya.

Lukman mengatakan Guru Tua telah mewariskan sedekah jariah, ilmu yang bermanfaat dan anak-anak yang saleh.

Lukman berharap para keturunan Guru Tua menjadi jangkar moral dan intelektual baik di dalam Alkhairaat maupun di luar Alkhairaat.

“Bahkan dari keturunan almarhum sudah ada yang menjadi pemimpin nasional, menjadi salah seorang menteri dalam pemerintahan yang lalu,” katanya.

Dia mengatakan banyak orang yang menjadi kuat keislaman dan keimanannya karena ilmu yang diberikan Guru Tua. Selain itu ilmu yang diwariskan terus menyebar melalui lisan dari para murid-muridnya dari dulu hingga sekarang.

“Saya tidak bisa membayangkan suasana keislaman di kawasan timur Indonesia tanpa almarhum,” katanya.

Menurut Lukman, jika di tanah Jawa ada KH Ahmad Dahlan dan KH Hasyim As’ari, di Nusa Tenggara Barat ada tuan guru KH Zainudin Almadjid, di Sumtera ada Syeh Ahmad Khatib Al-Minangkabawi, di Kalimantan ada Syeh Muhammad Arsyad Albanjari, maka di Sulawesi ada Habib Idrus bin Salim Aljufri.

“Para ulama itu adalah paku bumi yang dipancangkan Allah untuk menegakkan ajaran agama Islam di Nusantara ini,” katanya.

Artikel ini ditulis oleh:

Reporter: Antara
Editor: Nebby