Aktual.com – Dengan bergabungnya partai Golkar ke pemerintahan Jokowi merupakan akhir dari persatuan oposisi yang terbentuk sejak pilpres 2014 lalu, Koalisi Merah Putih. Bisa dikatakan hanya tinggal Gerindra sendiri saat ini yang menyatakan dirinya sebagai oposisi terhadap pemerintahan Jokowi.

Situasi ini mengingatkan kita pada posisi PDIP di jaman pemerintahan SBY. Saat itu, selama 10 tahun PDIP betul-betul memposisikan diri sebagai oposisi yang terus melakukan kritik dan serangan-serangan politik kepada pemerintahan SBY, baik di dalam parlemen maupun luar parlemen. Mereka melakukan pengorganisasian dukungan politik untuk menentang kebijakan-kebijakan pemerintahan SBY yang di anggap neolib, pro asing. Demontrasi-demontrasi baik mahasiswa, pemuda, buruh dan kaum yang termarjinalkan terus mereka lancarkan dengan menggunakan organisasi-organisasi taktis yang mereka bangun guna mendelegitimasi pemerintahan SBY.

Para tokoh-tokoh partaipun kerap muncul di public mulai Pramono Anum, Cahyo Kumolo sampai Rieke Diah Pitaloka. Begitupun tokoh-tokoh di luar structural partai, seperti Adian Napitupulu, Masington Pasaribu sehingga dan yang paling fenomenal adalah memunculkan tokoh Joko Widodo yang saat itu masih menjadi Walikota Solo.

Dengan strategi seperti itu, PDIP berhasil membuat dirinya sebagai kekuatan oposisi, sebagai partainya wong cilik dan pada akhir nya mampu memenangi pemilu 2014 lalu.

Bagaimana dengan Gerindra?

Jika dilihat situasi ekonomi politik saat ini, pemerintahan Jokowi jauh lebih neolib dibandingkan dgn pemerintahan SBY. Kebijakan-kebijakan ekonomi politik pemerintahan Jokowi jelas-jelas sangat pro modal, sangat pro asing. Hal ini sangat bertolak belakang dengan janji saat kampanye maupun platform perjuangan PDIP sbg partai pengusung utamanya.

Seharusnya Gerindra dapat memaksimalkan kerja-kerja politiknya dengan melakukan pengorganisasian di massa rakyat baik di sector buruh, tani, mahasiswa, pemuda dan kaum yang termarjinalkan lainnya guna melakukan perlawanan terhadap kebijakan-kebijakan pemerintahan Jokowi yang sangat anti rakyat. Dan pengkhianatan PDIP terhadap platform perjuangannya sendiri.

Gerindra baik secara langsung maupun tidak langsung harus melakukan advoksi terhadap massa rakyat, melakukan pembelaan-pembelaan terhadap kesewenang-kesewenangan yang di lakukan pemerintah saat ini kepada rakyatnya.

Gerindra harusnya menggerakan seluruh cabangnya baik di tingkat propinsi sampai tingkat ranting untuk mendampingi masyarakat yang menjadi korban ketidakadilan pemerintah.

Gerindra juga harus terus memunculkan tokoh-tokohnya baik di level nasional sampai tingkat terendah. Tokoh-tokoh tersebut harus terlibat berjuang bersama rakyat yang semakin termiskinkan ini.

Begitupun di parlemen, Gerindra harus lebih keras menolak kebijakan-kebijakan pemerintahan yang sangat neolib ini. Penolakan-penolakan di parlemen harus di kombinasikan dengan gerakan ekstra parlemen agar menemukan kesinambungan tuntutan antara parlemen dgn rakyat. Karena penolakan-penolakan terhadap kebijakan-kebijakan yg anti rakyat tak cukup dgn konferensi Pers saja, tapi harus ada pelibatan masyarakat. Karena masyarakat sendiri yang di rugikan.

Gerindra harus menjadi partai Gerakan, ya Gerakan Indonesia Raya, sesuai dengan namanya jika ingin menjadi oposisi yang berjuang demi rakyat seperti yang di sampaikan Wakil Ketua Umumnya, Arief Poyuono, Gerindra akan tetap menjadi partai oposisi dengan pemerintah tetapi berkoalisi dengan rakyat seperti jaringan mahasiswa, buruh, tani dan nelayan untuk mengkontrol pemerintah agar tidak meyelewengkan APBN untuk kepentingan asing dan mafia rente APBN.

Gerindra harus menjadi benteng terakhir untuk menganjal kekuatan besar neolib seperti apa yang dikatakan oleh Arief Poyuono , Wakil Ketua Umum Gerindra bahwa Gerindra akan menghadapi koalisi besar pemerintahan neolib dan kapitalis yang dipimpin Jokowi- JK .

Tapi jika melihat dari Sumber daya manusianya Prabowo Subianto telah cukup berhasil menciptakan Kader yang gigih dan punya ideologi yang jelas dalan menghadapi kekuatan neolib yang akan mencaplok Ekonomi Indonesia ,contoh saja Arief Poyuono yang sudah tidak diragukan lagi perjuangannya melawan kekuatan kekuatan besar neolib dan ini menjadi harapan besar bagi masyrakat kecil

Karena kita tunggu saja apakah Gerindra akan bisa mampu menghadapi kekuatan besar neolib dan kadernya tidak terpicut oleh jebakan neolib .kalau bisa bertahan hingga 2019 maka sudah dipastikan Gerindra akan jadi Partai yang akan dipilih oleh banyak rakyat Indonesia .

Penulis: Bin Firman Tresnadi (Direktur Executive Indonesia Development Monitoring )

Artikel ini ditulis oleh: