Jakarta, Aktual.com – Tahun 2023 ini menjadi tahun politik menuju Pemilihan Presiden (Pilpres), Pemilihan Legislatif (Pileg), dan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) serentak pada 14 Februari 2024.

Pemerintah sebagai penyelenggara berupaya menjaga stabilitas dan netralitas politik. Lalu atas nama muruah, partai-partai politik riuh rendah meloloskan sosok-sosok terbaiknya sesuai ambang batas Parlemen 2024.

Partai-partai politik juga mulai bermanuver mengusung calon nama dalam bursa pemimpin tertinggi negeri ini. Muara semua ini adalah satu, kedaulatan rakyat yang terbalut dalam bingkai jujur, adil, dan tentunya demokratis, dengan harapan terwujudnya Indonesia maju.

Harapan bagi masa depan juga bertaut erat dengan entitas anak-anak muda. Generasi milenial (lahir tahun 1981-1996) dan generasi Z (lahir tahun 1997-2012) dianggap punya peran penting dalam menentukan nasib bangsa di masa mendatang.

Tidak boleh pupus, anak-anak muda dan politik adalah sebuah keniscayaan mutlak, betapa demokrasi negeri ini mesti mengalami dinamika, tentu dalam artian positif. Generasi masa depan dan politik sesungguhnya teramat unik walau pertanyaan paling elementer kerap kali muncul, yakni apakah mereka benar-benar tertarik?

Pada Desember 2022, lembaga Aksara Research and Consulting merilis hasil survei yang menunjukkan tingginya antusiasme generasi berusia 17-39 tahun untuk berpartisipasi dalam Pemilu 2024.

Survei ini mencatat sebanyak 70,7 persen responden menyatakan akan menggunakan hak pilihnya pada pemilu 2024. Sebaliknya, jumlah responden yang menyatakan tidak akan menggunakan hak pilihnya hanya 5,1 persen.

Calon anggota legislatif muda dari Partai Persatuan Indonesia (Perindo) Kalina Ocktaranny turut mengapresiasi setiap anak muda yang peduli pada politik dan mau melakukan perubahan ke arah yang terbaik.

Bagi dia, peran anak muda sangat menentukan nasib bangsa. Sebagaimana Bung Karno berkata, “Beri aku sepuluh pemuda dan akan aku guncangkan dunia”, bermakna pemuda punya peran dalam membangun bangsa, salah satunya lewat ranah politik.

“Persentase beberapa survei menggambarkan banyak pemilih pemula aktif menggunakan haknya dan ini sangat bagus,” kata Kalina kepada Antara.

Selebritas yang maju untuk duduk di kursi DPRD Kalimantan Timur dari Daerah Pemilihan Samarinda ini mengaku bahwa dirinya mendapat banyak pengalaman selama terjun ke dunia politik. Perempuan kelahiran 30 November 1980 ini merasa lebih peka dalam mencermati aspirasi masyarakat dan semangat ini ingin ia tularkan kepada generasi masa kini.

Dia menyadari bahwa anak-anak muda bisa memberikan pengabdian untuk masyarakat lewat kepanjangan tangan partai politik di legislatif. Partai politik menjadi sarana memberikan pelayanan untuk masyarakat dengan program-program sesuai aspirasi yang masyarakat menginginkan.

Selebritas lain yang menekuni ranah politik, Agustina Hermanto, setuju bahwa pemilih muda adalah bagian terpenting dalam proses demokrasi bangsa. Anggota DPRD DKI Jakarta periode 2019-2024 ini mengajak semua anak-anak muda untuk menggunakan hak suaranya, bahkan bila perlu berpolitik aktif dalam partai.

Bagi dia pemilu ini ya harus aktif, jangan sampai apatis ke politik. Sungguh disayangkan kalau orang-orang kritis tidak memilih saat pemilu, berarti negara kita isinya ya orang-orang yang itu-itu saja, tidak ada harapan baru.

“Malah aku encourage anak muda ikut berpolitik, kalau ada passion di situ, yuk ikut! Sekarang ini partai tidak identik cuma orang tua, anak-anak muda pun bisa,” ungkap figur publik yang dikenal dengan nama Tina Toon ini.
Perempuan kelahiran 20 Agustus 1993 ini yakin bahwa banyak pemilih muda yang akan menggunakan hak suaranya pada pemilu mendatang. Pesta demokrasi adalah kunci menuju perubahan yang diwujudkan dengan memberikan suara saat hari pemilihan. Lebih jauh dari itu, keterlibatan anak-anak muda dalam politik akan bermakna lebih mendalam untuk pendidikan politik bangsa.

Direktur Eksekutif Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem) Khoirunnisa Nur Agustyati berpendapat bahwa sesungguhnya anak muda tidak bisa dibilang apatis dengan isu politik. Justru generasi saat ini sangat peduli dengan isu, seperti antikorupsi dan antikekerasan seksual.

Terpenting adalah bagaimana teman-teman muda ini bisa diberikan akses karena selama ini mereka cenderung sebagai penonton dan hanya melihat dari jauh. Apakah partai politik kemudian bisa memberi ruang sehingga tidak sekadar menampung kader-kader muda, namun seberapa jauh akses mereka untuk berpendapat menyampaikan gagasan.