Jakarta, Aktual.com- Idul Adha merupakan perayaan tahunan yang dilakukan oleh umat Muslim setiap tanggal 10 Dzulhijjah. Seluruh umat muslim di Dunia juga akan melaksanakan penyembelihan hewan. Oleh karena itu, Idul Adha juga disebut sebagai hari raya qurban.

Namun, apakah kita sudah mengenal bagaimana awal mula hari raya idul adha ini?

Dalam sejarah Islam, hari raya idul adha terjadi bermula ketika Nabi Ibrahim AS mengalami mimpi secara berulang-ulang. Di dalam mimpi tersebut, Allah SWT memberikan perintah kepada Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih anak kesayangannya, yaitu Ismail AS.

Perlu diketahui, anak dari Nabi Ibrahim AS itu ada dua, Ismail dan Ishak.

Anak Nabi Ibrahim AS yang bernama Ismail lahir dari rahim seorang wanita bernama Siti Hajar. Di saat Nabi Ibrahim AS mendapatkan mimpi untuk menyembelih putra kesayangannya, ia merasa sangat gundah gulana. Sebab, Ismail merupakan anak yang sangat patuh kepada orang tua dan perintah Allah SWT. Tetapi, karena mimpi itu, Nabi Ibrahim AS seakan mengalami hal di luar dugaan.

Nabi Ibrahim AS yang tak bisa berbuat apa-apa karena maksud dari mimpi itu adalah perintah Allah SWT. Datanglah Nabi Ibrahim AS kepada Ismail AS dengan menyampaikan perihal mimpinya tersebut, bahwa Allah SWT memerintahkan untuk menyembelih anaknya.

Sebagaimana Allah SWT menceritakan kisah Nabi Ibrahim AS tersebut dalam surat Ash-Shaffat ayat 102,

فَلَمَّا بَلَغَ مَعَهُ السَّعْيَ قَالَ يَا بُنَيَّ إِنِّي أَرَىٰ فِي الْمَنَامِ أَنِّي أَذْبَحُكَ فَانْظُرْ مَاذَا تَرَىٰ ۚ قَالَ يَا أَبَتِ افْعَلْ مَا تُؤْمَرُ ۖ سَتَجِدُنِي إِنْ شَاءَ اللَّهُ مِنَ الصَّابِرِينَ

Maka tatkala anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: “Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka fikirkanlah apa pendapatmu!” Ia menjawab: “Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar”. (QS. Ash-Shaffat: 102).

Sebagai bentuk ketaatan kepada Allah SWT, ia memilih untuk melakukan perintah-Nya. Anaknya Ismail AS meminta kepada ayahnya untuk mengikatnya dengan tali dan menajamkan pisau supaya ketika disembelih Ismail tidak meronta-ronta kesakitan. Ismail juga meminta pakaiannya diberikan kepada Ibunya sebagai kenang-kenangan.

Apa yang terjadi? Rupanya pisau yang digunakan Nabi Ibrahim AS untuk menyembelih tidak dapat digunakan. Saat itulah, Allah SWT menggantikan Ismail AS dengan seekor kambing untuk disembelih. Seperti yang dikisahkan Allah SWT.

وَفَدَيْنَاهُ بِذِبْحٍ عَظِيمٍ

“Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” (QS. As-shaffat: 107)

Kita dapat mengambil hikmah dari peristiwa ini, yaitu ketika seorang hamba lebih memilih menjalankan perintah Allah SWT. Semua pengorbanannya semata-mata hanya untuk menggapai cintanya kepada Allah SWT. Dan kerelaan serta keridhoan dari seorang anak yang merelakan nyawanya karena ketaatan kepada perintah-Nya. Peristiwa ini pula yang menjadi awal mula ibadah kurban yang sangat dianjurkan.

Wallahu a’lam

(Rizky Zulkarnain)

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arie Saputra