Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli. (ilustrasi/aktual.com)
Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli. (ilustrasi/aktual.com)

Jakarta, Aktual.com — Menteri Koordinator Kemaritiman dan Sumber Daya, Rizal Ramli menyebut potensi perikanan nasional dicuri oleh negara tetangga masih besar.

Bahkan saking besarnya pencurian itu, membuat negara tetangga itu malah saat ini posisinya menjadi negara eksportir ikan terbesar kedua di dunia melebihi posisi Indonesia yang berada di posisi ke-15.

“Ini jadi lucu dan tidak masuk akal Negara tetangga itu yang panjang pantainya tidak seberapa malah jadi eksportir ikan terbesar kedua di dunia. Itu karena mereka mencuri ikan dari kita,” kecam Rizal saat sidang dengan Badan Anggaran (Banggar) DPR di Gedung DPR, Jakarta, Senin (13/6).

Kondisi yang tidak masuk akal ini harus segera diperbaiki. Selain dengan terus melakukan antisipasi aksi pencurian ikan, juga dengan menghidupkan industri ikan di dalam negeri.

“Tentu saja mestinya kita yang menjadi eksportir terbesar di dunia sebagai negara maritim, bahkan bisa yang pertama. Tapi negara tetangga itu yang malah menjadi pengekspor nomor dua,” keluhnya.

Makanya langkah ke depan, pihak Kemenko Kemaritiman perlu membangun industri perikanan yang lebih baik. “Jika industri perikanan bergairah, maka investasi di sektor itu juga akan menguat. Sehingga ke depan, sekitar 15 tahun lagi kita akan jadi yang terbaik,” tutur Rizal.

Rizal sendiri mengakui, itu semua memang menjadi pekerjaan pemerintah agar dapat menghidupkan industri perikanan tersebut. “Makanya kami keluarkan deregulasi kebijakan melalui paket kebijakan itu,” jelas Rizal.

Lebih jauh ia juga menegaskan, dukungan pemerintah terkait langkah dunia internasional yang akan mengatur terkait ikan yg diimpor itu bisa diketahui dari mana asalnya.

“Ini menjadi penting, dan bisa diatur di PBB agar tidak ada negara yang klaim ikan colongan,” tandas Rizal.

Menurutnya, untuk ikan jenis tuna selama ini Indonesia menjadi negara pengekspor kedua terbesar di dunia. “Padahal kita ini bisa jadi yang terbesar di dunia,” pungkas dia.

Artikel ini ditulis oleh:

Editor: Arbie Marwan